Daftar Isi [Tampil]


LOMBOKTIMUR
, Radarselaparang.com - Jurnalisme yang dikembangkan media juga "menyesuaikan" dengan arus perubahan ini. Ada yang mengikuti arus ini dengan pragmatis, yang itu kemudian memicu kritik terhadap kualitas jurnalismenya. Persaingan dengan media sosial membuat sejumlah media mengikutinya dengan berita cepat dan juga berusaha menjual atau mengemas berita agar lebih banyak dibaca (click bait) sehingga bisa mendapatkan iklan.

Tak semua media mengikuti apa yang disebut sebagai "resep klasik" bertahan di dunia digital tersebut, yaitu mengejar kecepatan dan menjual sensasi untuk mendapatkan iklan. Ada juga media yang bertahan dengan jurus klasik "content is king" dengan terus menerapkan jurnalisme investigasi dan mengembangkan jurnalisme data.

Namun narasi yang banyak diketahui publik, media berusaha bertahan di era digital ini dengan menomorsatukan bisnis dan mengabaikan prinsip-prinsip dasar jurnalisme. Beberapa contoh yang kerap dipakai untuk mereka yang memiliki pandangan ini adalah bahwa media kini tergoda menyediakan informasi yang "ingin" dibaca, bukan lagi apa yang "seharusnya" dikonsumi publik sebagai sebuah produk jurnalisme. Sebagai produk jurnalisme, berita tak hanya harus memenuhi kaidah kebenaran, tapi juga mencerahkan publik.

Dikutip dari media bumigoramedia.com, Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT) menggelar Pojok Jurnalis ke-6 dengan tema Jurnalisme Rilis. Sabtu, (23/7/2022),

Pada kesempatan Pojok Jurnalis kali ini menghadirkan pimpinan redaksi NTBsatu.com, Haris Mahtul, Redaktur TribunLombok, Sirtupilaili, dan Kasubag Koordinasi dokumentasi Prokab Lotim, Nur Afny Ariyanti.

Haris Mahtul mengapresiasi program pengembangan kapasitas FJLT. Langkah ini sebagai upaya menyamaratakan pengetahuan jurnalis. "Latar belakang masing-masing berbeda, tugas kita untuk menjadikan dia sama," katanya.

Jurnalisme rilis menurutnya menjadi tantangan baru wartawan di era digital. Tantangannya adalah menjadikan rilis sebagai karya jurnalistik. Karena rilis yang dikuarkan oleh instansi bukanlah produk jurnalistik. "Tugas kita adalah membuatnya menjadi produk jurnalistik. Harus ada kejujuran dari kita untuk mengungkap sumber dengan mencantumkan keterangan tertulis," ucapnya.

Sementara Sirtupilaili menyebut pemerintah membangun diksi yang menguntungkan dari data yang dikeluarkan. Sebagai jurnalis seharusnya tetap mengedepankan sikap kritis dan tidak disalin mentah-mentah. "Harus punya sikap kritis, kalau tidak ada yang perlu dikritisi tidak usah dibikin-bikin," ujarnya.

Nur Afny Ariyanti, mengatakan cukup senang ketika wartawan memetik berita dari rilis yang disampaikan. Namun lambat laun praktik yang terjadi hanya menyalin penuh teks pada rilis. Seharusnya ada sikap kritis untuk memperdalam isu-isu yang dimuat.

"Kita ingin teman-teman memperdalam. Karena kadang-kadang tidak semua data yang kita sampaikan," tandasnya.