Daftar Isi [Tampil]

Oleh Dr. H.M. Mugni Sn., M.Pd., M.Kom
(Direktur Politeknik Selaparang Lombok/Ketum Pimpus ISNW)

OPINI, Radarselaparang.com - Dua tahun sunnah hasanah Al-Magfurullah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, HULTAH NWDI tidak dilaksanakan karena merebaknya pandemi Covid-19, yakni tahun 2020 dan tahun 2021, HULTAH ke-85 dan 86. Syukur alhamdulillah, tahun 2022, pemerintah telah mengizinkan rakyat untuk berkegiatan seperti sedia kala seiring dengan terus melandainya COVID-19. Kita berdoa semoga wabah tersebut segera sirna dari muka bumi sehingga kita dapat beraktivitas seperti biasa tanpa ada kekhawatiran terjangkit penyakit yang “mematikan”. 

Seiring dengan  keputusan pemerintah tersebut, keluarga besar Nahdlatul Wathan kembali dapat melanjutkan sunnah hasanah Sang Maha Guru, yakni memperingati Hari Lahirnya (Ulang Tahun)  Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah, yang dikenal dengan istilah HULTAH NWDI. Bila HULTAH NWDI telah tiba maka publikasi dilaksanakan oleh panitia dengan berbagai media, salah satunya dengan memasang spanduk di berbagai tempat dengan tulisan, antara lain “ Sukseskan dan Hadiri, HULTAH NWDI.....”. Pada tahun 2022 ini ada dua fakta spanduk yang terpasang di berbagi  sudut di Pulau Lombok, yang satu,”.....HULTAH Ke-87 MADRASAH NWDI,....Agustus 2022”, yang satuan, “....HULTAH NWDI Ke-87...September 2022”.

Dari ke-2 spanduk tersebut, ada beberapa teman yang bertanya secara langsung maupun lewat WA,  ada birokrat, ada akademisi, dan ada juga praktisi pesantren. Mereka bilang, “Aji, mengapa ada beda bunyi spanduknya?” Mereka rekan-rekan yang kenal penulis sebagai praktisi Nahdlatul Wathan dan mereka juga tahu saya Ketum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan. Saya hanya jawab di WA dengan, “he...he...he”. Pertayaan tersebut tentu tidak cukup dijawab dengan tertawa. Tetapi perlu diperjelas.

Kita sama maklumi bahwa pasca wafatnya pendiri Nahdlatul Wathan, Oktober 1997 kondisi organisasi Nahdlatul Wathan warisan sang Maulana sedkit terjadi konflik pasca diselenggarakan Muktamar ke-10 Nahdlatul Wathan, Juli 1998 di Praya Lombok Tengah. Muktamar ini telah melahirkan Ummuna Hjh. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid sebagi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Periode 1998 – 2003, dengan konfigurasi suara 54 dengn 34. Ummuna mendapatkan 54 suara dan calon yang satu mendapatkan 34 suara. Kemenangan ummuna ini  “tidak diterima” oleh yang kalah dengan berbagai alasan. Pada bulan September 1999, pihak yang kalah ini mengadakan Muktamar Reformasi  dan menetapkan Ketua Umum PBNW versi mereka.  Sejak Muktamar Reformasi ini secara defacto dalam tubuh Organisasi Nahdlatul Wathan ada dua kepengurusan, yakni  PBNW produk Muktamar Ke-10 Nahdlatul Wathan dan produk Muktamar Reformasi. Kedua kepengurusan ini terus berjalan dan pemerintahpun “membiarkan”. Kedua kepengurusan ini terus berjalan melaksanakan aktivitas organisasi dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah. Bahkan dalam bidang politik.

Konsekuensi dari satu bahtera dua nakota maka sering juga terjadi gesekan. Kedua pihak terus bertahan dan melaksanakan aktivitas organisasi, termasuk melanjutkan sunnah hasanah pendiri Madrasah NWDI, Madrasah NBDI, dan Organisasi Nahdlatul Wathan, yakni merayakan Peringatan Hari  Ulang Tahun  (HULTAH)  Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah dengan istilah HULTAH NWDI. Kedua pihak menggunakan istillah HULTAH NWDI karena istilah inilah yang digunakan saat pendiri NWDI, NBDI, dan Organisasi NW masih hayat.

Pada tanggal 23 Maret 2021, Kementerian Hukum dan HAM mengambil sikap bahwa kedua kepengurusan organisasi Nahdlatul Wathan “tidak boleh” dibiarkan karena dalam berbagai saling gugat antara Pengurus produk Muktamar ke-10 Nahdlatul Wathan dan produk Muktanar Reformasi  telah dimenangkan oleh Pengurus Besar Nahdltul Wathan produk Muktamar ke-10 Nahdlatul Wathan. Pihak yang “kalah” diminta untuk membentuk organisasi baru. Untuk itu pada tanggal 23 Maret 2021 lahirlah di Pulau Lombok organisasi baru yang bernama Organisasi Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (Organisasi NWDI). 

Nah, untuk membedakan antara Madrasah NWDI yang didirikan oleh Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 Hijriyah/22 Agustus 1937 M.  dengan organisasi yang lahir pada tanggal 23 Maret 2021, maka Organisasi Nahdlatul Wathan menggunakan istilah HULTAH Madrasah NWDI.

Sesuai dengan keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, sejak tahun 2022 dan Hultah ke-87 digunakan istilah HULTAH MADRASAH NWDI. Memang secara defacto dan deyure yang di-HULTAH-kan oleh Al-Magfurullah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah Madrasah NWDI. Madrasah pertama yang didrikan oleh Al-Magfurullah dan sekaligus madrasah pertama di pulau Lombok.

Eksistensi istilah HULTAH MADRASAH NWDI harus terus diperkuat dan dipublikasikan. Kajian-kajian lebih lanjut harus terus dilakukan. Dengan tidak terduga Thullab Mahad Darul Qur’an Wal Hadits (MDQH)  Al-Majidiyah Asy-Syafi’iyah Nahdlatul Wathan Anjani telah melahirkan istilah untuk memperkuat eksistensi Madrasah NWDI yang di-HULTAH-kan. Istilah itu adalah : NWDI : Madrasahku; HAMZANWADI : Guruku; NAHDLATUL WATHAN : Organisasiku; Daiman Abada.

Thullab Ma’had generasi ZET adalah thullab MDQH NW, merupakan thullab Ma’had dari generasi senior. Mereka ini menjadi thullab Ma’had dengan umur yang sudah lanjut. Mereka rata-rata sudah bekerja. Ada yang jadi pejabat, dan ada juga yang telah begelar doktor. Bahkan ada juga yang sudah pensiun dalam statusnya sebagai Pegawai Negeri.

Kok bisa? Bukankah thullab Ma'had itu adalah siswa/sastri yang baru tamat SLTA? Sejak tahun 2021, Zikrol Hauliyah Ke-56 MDQH NW Ummuna Hjh. Sitti Raihanhun Zainuddin Abdul Madjid selaku Rois “Am Dewan Mustasyar PBNW dan Maulana Syaikh TGKH. Lalu Gde Muhammad Zainuddin Atsani, Lc.,M.Pd.I selaku Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan sekaligus Amid MDQH NW mengizinkan kader-kader NW  yang “sudah berumur” yang ingin menimba ilmu di Ma’had. Mendaftar secara formal dan masuk di Ma’had. Ikut mengaji dengan tidak menggangu pekerjaannya bagi yang masih aktif bekerja di pemerintahan. Belajar di Ma’had untuk mendapatkan barokah; mendekatkan  sanat ilmu dengan pendiri Nahdlatul Wathan; memperluas wawasan ilmu keislaman, dan menengguh diri sebagai kader/pejuang Nahdlatul Wathan. 

Dengan ijin  dan restu dari pewaris langusng pendiri Ma’had tersebut maka pada Zikrol Hauliyah ke-56 MDQH NW, tahun 2021, mendaftarlah 3 orang doktor sebagai thullab Ma’had, beberapa orang magister dan sarjana. Pada Zikrol Hauliyah ke-57, 2022, mendaftar juga beberapa orang magister dan sarjana sebagai thullab Ma’had. Thullab Generasi ZET ini ikut memeriahkan pawai alegoris HULTAH Ke-87 MADRASAH NWDI. Di depan panggung kehormatan mereka menggemakan dan memperdengarkan ungkapan  : 

NWDI : Madrasahku; HAMZANWADI : Guruku; NAHDLATUL WATHAN  : Organisasiku, daiman abada. 

Para thullab MDQH NW Generasi ZET berharap kira Pengurus Besar Nahdlatul Wathan dapat mempertimbangkan menjadi tambahan motto perjuangan Nahdlatul Wathan yang selelalu didengungkan oleh Al-Magfurullah Maulana Syaikh dan Ketua Umum PBNW, yakni Pokonya  : NW; Pokok NW : Iman dan Taqwa. Wallahua'lambisswab.