Daftar Isi [Tampil]

Penulis : Moh. Nawawi Ishaq, S.Sos.
(Koordinator Divisi Penelitian dan Advokasi Civil Society Pimpus HIMMAH NW)
PAHLAWAN KU, INSPIRASI KU 
(Refleksi Hari Pahlawan 2022)
OPINI Radarselaparang.com - Pemerintah Republik Indonesia menetapkan dalam kalender nasional, 10 November 2022, Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hal ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengenang kembali jasa dan perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Puncak perjuangannya pada peristiwa heroik di Surabaya tahun 1945, banyak korban yang berjatuhan. Bung Tomo beserta pemuda Surabaya lainnya situasi heroisme yang berdarah-darah. Namun, harus disadari bahwa banyak lagi daerah perjuangan di bumi pertiwi Indonesia.

Saat ini, kemerdekaan Indonesia yang dirasakan tidaklah datang begitu saja, namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari para pejuang negeri ini, seperti yang ditunjukkan pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, yang kemudian dikenal dengan Hari Pahlawan. Heroisme pada Hotel Yamato menjadi sebuah deskripsi sejarah yang sangat perlu dipahami sebagai pembelajaran sejarah bagi generasi penerus.

Hari Pahlawan kiranya tidak hanya sekadar diingat dan diperingati secara seremonial belaka pada setiap tanggal 10 November. Lebih dari itu, bagaimana bangsa ini dapat mengambil makna yang terkandung di dalamnya. Banyak nilai patriotisme, heroisme, dan perjuangan yang lainnya. Semua itu bisa dimaknakan sebagai pembelajaran. Ingatlah, jangan sekadar seremonial belaka. Maknanya adalah bagaimana seluruh bangsa ini tetap menggelorakan semangat perjuangan untuk Indonesia dalam dimensi kekinian.

Sebagai generasi penerus bangsa tentunya kita patut berbangga dan berterima kasih yang tiada terhingga kepada Pemerintah serta semua elemen bangsa Indonesia masih eksis menghargai serta mengingat akan kegigihan semangat juang para Pahlawan Nasional. Maka sebagai bentuk perhatian dan bukti Pemerintah Republik Indonesia salah satu contoh sebagai spirit atau semangat juang yg perlu diapresiasi Pahlawan Nasional dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada Tanggal 6 November 2017 Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.115/TK/Tahun 2017 TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dianugrahi Gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Bapak Ir. H. Jokowidodo.

TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur adalah pria kelahiran kampung Bermi Pancor pada tanggal 19 April 1908. Nama kecilnya ialah Muhammad Syaggaf dan setelah menunaikan ibadah haji berganti menjadi TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur.

Pada 1934, sepulang dari Mekkah dia mendirikan sebuah pesantren sebagai wadah membentuk semangat juang para generasi untuk membela negara dan tanah air tercinta, maka lewat wadah tersebut diberi nama Al-Mujahidin (para mujahid atau pejuang).

Perhatian kepada situasi Lombok saat itu yang masih berjuang melawan penjajah mendorongnya mendirikan sebuah Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dua tahun setelah mendirikan pesantren. Tujuh tahun kemudian, sekitar bulan April 1943, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur mendirikan Madrasah Perempuan Pertama. Sekolah/Madrasah ini dinamakan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI). Ini merupakan semangat pendidikan emansipasi agar kaum perempuan, sebagaimana kaum laki-laki, juga bangkit memajukan ummat, negeri dan tanah air seperti nama organisasi kemasyarakatan yang beliau dirikan yaitu Kebangkitan Tanah Air (Nahdlatul Wathan)

Pada zaman penjajahan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur juga menjadikan Madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir para penjajah. Bahkan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur bersama guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan Al-Mujahidin

Gerakan Al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faisal Abdul Majid adik kandung TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur memimpin penyerbuan tank militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada’ sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur

Pada tanggal 1 Maret 1953, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur mendirikan sebuah Organisasi Islam yang terbesar di Provinsi NTB bernama Nahdlatul Wathan (NW). Melalui organisasi ini dia memberikan pengaruh yang amat besar terutama perkembangan dunia pendidikan di Pulau Lombok dan sekarang sudah menyebar diseluruh Provinsi di Negara Republik Indonesia

Nama Nahdlatul Wathan (NW) pada perkembangannya menjadi Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan. Tarekat mengimplementasikan tradisi keagamaan yang berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah yang mengajarkan Islam yang moderat. TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur wafat pada 21 Oktober 1997 di usia ke-99 tahun menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah. Sang ulama karismatik TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyur, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul 19.53 Wita di kediamannya di Bermi Pancor Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB.