Daftar Isi [Tampil]

Dekan FKIP UNW Mataram Hj. Lale Yaqutunnafis, S.Sos., MM (atas) saat menyampaikan sambutan pada acara Yudisium. Kamis, (01/12/2022)
MATARAM | Radarselaparang.com - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram menggelar Yudisium sebanyak 224 resmi menyandang gelar sarjana pendidikan. Kegiatan Yudisium FKIP UNW Mataram dilaksanakan pada pagi hari yang dimulai pada pukul 08.00 dan selesai pada pukul 12.00 Siang hingga selesai. di Auditorium UNW Mataram, Kamis, 01/12/2022.

Dalam sambutannya Dekan FKIP UNW Mataram Hj. Lale Yaqutunnafis, S.Sos., MM, bahwa Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) yang didirikan oleh seorang Pahlawan Nasional asal NTB (Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid), seorang guru besar yang juga memulai kehidupannya dengan profesi guru, atas dasar itu kami mengambil tema pada Yudisium Sarjana Strata (S1), yakni "Guru Pendidik Yang Berkarakter Santun, Terampil, Inspiratif, Inovatif dan Kreatif.

Melihat pentingnya pendidikan itu, Kami berharap kepada peserta yudisium 2022/2023 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNW Mataram yang sudah sah pada hari ini dan telah menyandang gelar S1 pendidikan, kalian bisa membawa gelar itu dengan sebaik-baiknya, seperti yang telah di lakukan oleh guru besar kita.

Guru besar yang juga seorang pendiri organisasi Nahdlatul Wathan (NW) dan seorang Pahlawan Nasional dan pendiri dari salah satu Universitas di NTB yaitu UNW, sampai beliau tidak memikirkan harta, benda, waktu, tenaga dan pikiran,

"beliau habiskan semua pikiran dan jiwa raganya hanya untuk pendidikan," cetus ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Wathan di acara Yudisium.

Melihat masyarakat indonesia pada umumnya dan masyarakat NTB khususnya yang memiliki kekurangan pemikiran dan sedang dalam keadaan tertindas oleh para kolonial yang sedang menjajah indonesia, "Beliau membangun manusia yang kuat, hebat, dengan mendidik, mengajar, mengasuh, mengasah dan mengasihi" lanjut Lale Yaqutunnafis.

"Kalian adalah agen perubahan (Agen Of Change), generasi penerus bangsa yang harus menjadi inspirator dan motivator dengan profesi sebagai guru, seperti yang pernah dilakukan oleh guru besar kita pendiri UNW yang seorang guru", sambungnya.

Seperti halnya Ki Hajar Dewantara lanjut cucu pahlawan nasional itu, beliau tidak memandang sesuatu yang lain dalam dunia pendidikan, seperti kisah perjuangan kemerdekaan, masyarakat kita hanya menggunakan bambu runcing sedangkan penjajah menggunakan senjata tajam dan canggih, namun kita bisa mengalahkan mereka karena ide kreatif yang dimiliki oleh masyarakat indonesia.

"Beri contoh yang baik, jujur, bertanggungjawab, inovatif, inspiratif dan berintegritas, karena guru adalah sebagai mana santri yang santun, kreatif, terampil, inspiratif dan juga inovatif, setiap guru pasti memiliki cara supaya siswa-siswanya menjadi orang yang berkualitas" jelas Lale di hadapan ratusan mahasiswa peserta yudisium.

Dalam kesempatan itu pula Ummi Yaqut memberikan pandangan, sebagaimana nasehat yang disampaikan guru besar kita pada wasiat renungan masa. "jaga baiklah gelar ananda, agar ananda jangan ternoda, pergunakan teguh selama-lamanya, untuk agama untuk Negara". "Murid yang putus dari gurunya, berarti rusak pipa ilmunya, Hilang terbakar tali ilmunya, dibakar setan dan hawa nafsunya," ucapnya melanjutkan wasiat pahlawan nasional asal NTB itu.

Wajar jika beliau menyandang gelar sebagai pahlawan Nasional, karena jauh sebelum kita lahir, beliau sudah berjuang untuk masyarakat indonesia dan NTB untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan.

"Jangan pernah lemah dalam menghadapi tantangan modernisasi di era globalisasi ini, apapun itu, kalian harus tetap menjadi orang-orang yang kreatif, inovatif dan jangan lupa berdoa untuk Agama Nusa dan Bangsa" pesan Dekan FKIP itu.

Untuk yang sudah yudisium hari ini, selamat kepada kalian semua yang telah menyandang gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada UNW Mataram 2022, "Tanpa seorang guru, kita tidak akan bisa berdiri seperti ini, tanpa guru juga sayapun tidak akan bisa berbicara dan berdiri di tempat yang luar biasa ini, untuk itu mari kita bersyukur kepada Allah, orang tua kita dan juga kepada para guru-guru kita," tutup Ketua Pimpus PGNW itu.

Sementara itu, Rektor UNW, Dr. TGH. Lalu Abdul Muhyi Abidin, MA saat di wawancarai awak media ini usai acara itu menyampaikan harapannya terhadap mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti Yudisium.

"Karena zaman sekarang di ukur dengan kualifikasi ya, harapan utama kita terhadap mahasiswa ini bisa melanjutkan ke Pascasarjana (S2), biar tidak merasa kesulitan dalam penyesuaian nantinya ketika melangkah kejenjang yang lebih tinggi. dan sedikit tidaknya mereka bisa mengabdi dangan baiklah," Tutupnya (RS)