Daftar Isi [Tampil]

Dr Fathurrahman Kepala Dinas Kesehatan Lotim (Kanan), Nurmala Candra Koordinator kefarmasian makanan dan Minuman Lotim
LOMBOK TIMUR Radarselaparang.com || Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Lombok Timur (Lotim) himbau masyarakat tidak membeli jajanan yang mengandung nitrogen cair, karena baru - baru ini terjadi kasus keracunan akibat mengkonsumsi jajanan yang mengandung nitrogen cair (NO2) yang terkandung pada jajanan.

Hal itu disampaikan Kadikes Lotim, Fathurrahman menyampaikan bahwa sebenarnya penggunaan nitrogen cair boleh digunakan tetapi harus sesuai dengan takaran tertentu, namun Penggunaan nitrogen cair untuk makanan tak boleh langsung dikonsumsi lantaran bisa menimbulkan berbagai efek samping, seperti sesak napas, infeksi pada pencernaan, dan trauma pada organ pencernaan.

"Karenanya lebih baik jangan mengkonsumsi makanan maupun jajanan yang menggunakan bahan nitrogen cair tersebut, namun itu tergantung kita sekarang untuk menahan diri," ucapnya saat ditemui dikantornya. Senin (16/1/2023).

Diterangkan Fathurrahman, Memang ini kasus baru - baru terjadi, karenanya dalam memilih makanan jajan itu sebaiknya memperhatikan kandungan maupun higenis makanan tersebut apakah bebas dari nitrogen cair, karena mencegah itu lebih bagus dari pada nantinya kita mengobati.

"Di Lombok Timur, Alhamdulillah belum ada kasus keracunan dampak mengkonsumsi nitrogen cair belum ada terjadi, namun patut kita waspadai, agar tidak terjadi hal yang tidak inginkan" terangnya.

lebih lanjut disampaikan Fathurrahman, Untuk mengantisipasi dan mencegah dampak pengunaan nitrogen cair ini, melalui Dikes Lotim akan membuat himbauan yang akan sebarkan di semua puskesmas yang ada.

"Karena kita ini kan jejaringnya Puskesmas, kita akan membuat himbauan agar masyarakat tidak mengkonsumsi jajanan ataupun makanan yang mengandung Nitrogen Cair ini, selanjutnya melalui petugas puskesmas akan meneruskannya pada masyarakat," himbaunya.

Ditempat terpisah, Nurmala Candra, Selaku sub koordinator kefarmasian makanan dan Minuman Lotim, menyampaikan awal mula kasus ini mencuat dari kasus bocah 6 tahun di Jember yang keracunan zat nitrogen cair dari jajanan ciki ngebul,

"Dimana gejala yang timbul dari kasus keracunan nitrogen cair itu mulai dari mual - mual, muntah, terasa nyeri, dan perut membesar," terangnya.

Candra menjelaskan lebih rinci terkait Ciki ngebul yang sedang ramai dibicarakan saat ini.  dimana ciki ngepul adalah jajanan kekinian yang banyak dijual dan dicari karena keunikannya. Saat dikonsumsi, Ciki ngebul dapat mengeluarkan asap yang berasal dari nitrogen cair atau liquid nitrogen, sementara Nitrogen cair adalah nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah. Cairan nitrogen jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sehingga tidak mengubah rasa jika digunakan untuk makanan, Sensasi inilah yang membuat Ciki ngebul banyak menarik perhatian sekaligus digemari masyarakat utamanya anak-anak. Apalagi, harga jajanan Ciki ngebul sangat terjangkau.

"Apa bila Nitrogen Cair (NO2) ini dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan keracunan, sementara pedagang ini kebanyakan orang awan yang tidak mengerti dan tidak memperhatikan kadar penggunaan NO2 ini," terangnya.

Dipaparkan Canda lebih jauh, bahwa Nitrogen cair adalah nitrogen dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah, diproduksi dengan distilasi fraksional dari udara cair. Bentuk fisik nitrogen cair adalah bening tidak berwarna dan tidak berbau, memiliki densitas 0,807 g / mL pada titik didih dan konstanta dielektrik 1,4. Nitrogen cair biasanya digunakan untuk proses   pembekuan (kriogenik) bahan makanan, atau dalam penelitian di laboratorium.

"Penggunaan dan penambahan nitrogen cair sangat berbahaya apabila dikonsumsi apalagi untuk efek jangka panjang. Tentunya ini akan berakibat menjadi masalah kesehatan yang fatal," tegasnya.

"Kemarin kami sudah mendapatkan informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi, jika ditemukan gejala seperti mulai dari mual - mual, muntah, terasa nyeri, dan perut membesar, agar segera dibawa ke puskesmas terdekat untuk ditangani secepatnya," himbaunya. (RS)