Daftar Isi [Tampil]


Oleh : Dr. H. Mugni Sn., M.Pd., M.Kom.

(Direktur Politeknik Selaparang Lombok/Ketum Pimpus ISNW)

OPINI| Radarselaparang.com - Festival Kecimol Se-Lombok yang diselenggarakan di Taman Kota Selong, Rabu, 25 Januari 2023 mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan karena penampilan  grup Kecimol yang nirbudaya dan niretika. Bertolak belakang dengan tujuan dilaksanakannya yakni untuk melestarikan budaya daerah dan menarik kunjungan wisatawan. Sekaligus kontraproduktif dengan landskip Lombok Timur yang merupakan daerah religius secara historis dan faktual. Secara historis di Lombok Timurlah tempat berdirinya kerajaan Islam Lombok, yakni Kerajaan Selaparang. Secara faktual, di Lombok Timurlah tempat berdirinya organisasi Keislaman yang telah merambah ke semua propinsi di Nusantara, yakni Nahdlatul Wathan yang pendirinya telah diangkat dan ditetapkan negara sebagai pahlawan nasional.

Dari fakta fakta tersebut seharusnya semua pihak yang melakukan aktivitas di Lombok Timur harus menjadikannya sebagai referensi utama. Kecimol sebagai salah satu kesenian kreasi masyarakat Lombok harus tetap mengakar pada budaya religiusitas masyarakat Lombok. Dalam penelitian berberapa disertasi disimpulkan bahwa 99,...% masyarakat Sasak sebagai penduduk asli Pulau Lombok beragama Islam. Untuk itu berkesenian dengan kaos ketat, celana jins, pakaian adat tanpa pakem tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dan dikembangkan masyarakat Lombok cq Suku Sasak. Masyarakat  Sasak dalam semua aktivitas budaya harus menjadikan religiusitas sebagai pedoman dasar. Inilah nilai-nilai filosofis yang harus disadari dan dipedomani.

Aktivitas budaya dikembangkan (baca : Festival Kecimol) untuk menjadi daya tarik pariwisata. Dalam teori kepariwisataan, daya tarik adakah sesuatu yang unik. Unik karena beda dengan yang lain. Beda dengan yang lain karena kesamaannya atau karena perbedaannya. Contoh unik, ASN perempuan semua pakai lambung warna hitam di hari Kamis. Ini menjadi unik karena keseragamannya. Tapi dengan warna yang bermacam macam, apalagi ditambah dengan potongan yang aneka ragam, pasti bikin pusing untuk melihatnya. Seragam bikin tenang. Warna warni bikin pusing. Berwisata mencari ketenangan dan kedamaian. Keunikan harus mendatangkan kenyamanan dan kedamaian.

Daya tarik harus terus diciptakan supaya wisatawan betah tinggal di suatu destinasi. Betah/lama tinggallah yang akan mendatangkan manfaat bagi rakyat dari pariwisata. Wisatawan akan lebih lama untuk menghabiskan uangnya untuk penginapan, konsumsi, dan lain lain. Setelah lama tinggal yang paling penting lagi terbangunnya kenangan positif bagi wisatawan yang membuat mereka datang lagi dengan jumlah yang lebih besar.

Untuk bisa wisatawan lebih lama tinggal maka harus diciptakan atraksi. Salah satu atraksi itu adalah atraksi budaya. Salah atraksi budaya itu adalah berkesenian. Salah satu bentuk kesenian itu, ya kecimol ini yang difasilitasi oleh Pemkab Lombok Timur untuk mengadakan festival. Tapi sayang tidak sesuai harapan. Banyak mendapat kritikan gara - gara penampilan dari sebagian pemainnya yang niretika dan nirnorma. Begitu responsif Pemkab Lombok Timur untuk memfasilitasi acara tersebut. Tentu Pemkab Lombok Timur tidak asal asalan memfasilitasi melainkan dengan tujuan supaya para seniman dapat mengekspose kemampuannya pada tempat yang tepat bukan di jalan raya kayak  nyongkolang yang buat jalan macet dan membuat pengguna jalan kesal sampai ubun-ubun, bahkan banyak yang "ngomel ngomel” dan barang kali juga “ngumpat". Lebih kacau lagi atraksi di jalan ini sering dibarengi dengan meminum minuman keras dan sering kali memicu perkelahian antar kampung/anak muda pasca nyongkolang.

Gara gara nyongkolang dengan kecimol, penulis sempat "terintrogasi" oleh istri dari salah seorang profesor tim reviewer disertasi saya saat menyelesaikan Program doktor di Universitas Negeri Jakarta, 2012. Profesor ini tidak berkenan saya konsultasi di kampus tapi beliau minta saya ke rumahnya. Wah pusing juga, naik angkot berkelok-kelok. Turun naik berkali - kali. Jakarta 2012 beda dengan 2021 yang angkotnya bersih gak terlalu macet karena ada Jaklingko, karya Gubernur Indonesia kata KSAS, Habib Anis Rasyid Baswedan. Tahun 2012, angkot jelek, panas dan macet  Tapi mahasiswa harus tetap taat pada titah  dosen bila ingin cepat selesai, prinsipnya "mengalah untuk menang". Saya datang ke rumah beliau pada hari dan waktu yang telah disepakati.

Tiba di rumah langsung "diintrogasi” oleh istri beliau, "Disertasi Bapak judulnya Lombok, Bapak dari Lombok,? Saya mau cerita sedikit tentang Lombok. Saya pernah tugas dinas ke Lombok dari Kementerian Koperasi. Saya ketinggalan pesawat gara-gara ada 3 kelompok nyongkolang apa namanyaa itu dari perjalanan Mataram ke Bandara. Orang-orang sepertinya pawai tapi sangat menggangu perjalanan orang. Gak bisa diatur padahal ada polisi. Itu tidak bagus, buat orang akan malas datang ke Lombok. Kalau mau jangan pakai jalan negara. Pakai saja jalan-jalan desa atau di lapangan saja. Gara - gara itu kami harus beli tiket ulang dan bayar hotel karena sudah tidak ada lagi penerbangan. Kami ber -11 loh pak. Mohon maaf ya,  saya yang minta Bapak supaya konsultasi ke rumah karena saya lihat tu di meja disertasi Bapak tentang Lombok.  Saya mau sampaikan keluh kesah ini ke Bapak. Bapak sudah doctor, mudahan bisa sampaikan ke Pemda Lombok. Lombok itu indah loh Pak tapi saya khawatir bila itu terus terjadi Lombok akan kehilangan pengunjung”.  Ini adalah contoh nyata keluhan orang yang datang ke Lombok (wisatawan) tentang kecimol (nyongkolang) yang tidak bisa diatur. Bahkan banyak desa menginisiasi perdes melarang kecimol masuk di desanya untuk nyongkolang. 

Pemkab Lombok Timur tentu dengan niat baik memfasilitasi untuk menjadi wadah kreatifitas para seniman. Seharusnya fasilitasi ini harus dimaknai untuk mengembangkan 3 konsep dasar kepariwisataan, yakni lestarikan alam, kokohkan budaya dan taati norma. Dalam konsep kepariwisataan budaya semakin asli pasti semakin bernilai. Kecimol, apa budaya yang bernilai? Inventarislah semua atributnya, sepertinya tidak satupun yang merupakan budaya asli karya masyarakat Sasak. Semuanya dengan atribut moderen produk pabrik. Pakaian pemainnya? Pakaiannya buatan pabrik juga. Kalaupun pakai pakaian adat nirpakem.  Dari aktivitas berkesenian ini tidak ada budaya Sasak yang dapat dikembangkan. Untuk itu eksistensinya harus dikaji ulang agar tegak berbasis budaya asli Sasak dan taat norma.

Bila berkesenian berorientasi sebagai atraksi wisata maka haruslah berbasis budaya lokal seluruh atau sebagian atributnya. Bila harus berkreasi, haruslah mendatangkan nilai tambah. Artinya dengan kreasi itu wisatawan akan semakin tertarik untuk menikmati dan akan datang lagi. Ingat daya tarik/inovasi yang taat norma. Bukan nirnorma seperti tari erotis dengan pakaian ketat dan jens bolong bolong serta rambut dicat. Tarian erotis, kaos ketat salah satu yang mendapatkan krtikan tajam dalam festival Kecimol di Lombok Timur. Pelajaran penting untuk perbaikan dan penyempurnaan kreatifitas berkesenian untuk pariwisata, kokohkan budaya dan taati norma.Wallahuakalambissawab