Daftar Isi [Tampil]


Oleh : Dr. H.M.Mugni Sn., M.Pd.,M.Kom.(Direktur Politeknik Selaparang Lombok /Ketua Pimpus ISNW)

OPINI,| Radarselaparang.com - Hari Jadi Nahdlatul Wathan (HADI NW) istilah baru dalam organisasi Nahdlatul Wathan. Istilah ini referennya  adalah ulang  tahun Organisasi Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 1 Maret 1953. Pendirian organisasi ini sebagai wadah untuk mengkoordinasikan/membina/mengembangkan lembaga pendidikan/kegiatan dakwah Islamiyah dan kegiatan sosial kemasyarakatan yang didirikan/dilaksanakan oleh para abituren Madrasah NWDI dan NBDI. Pada tahun 1953 saat organisasi NW didirikan madrasah cabang NWDI/NBDI telah berjumlah 66 buah. Sejak organisasi NW berdiri maka seluruh madrasah cabang NWDI/NBDI  berubah menjadi MADRASAH NW, misalnya Madrasah Nurul Yaqin NW Praya, Madrasah Tsanawiyah NW Kapek, dan lain-lain

Pada saat Maulana Syaikh masih hayat, jamaah/santri Nahdlatul Wathan tidak pernah mendengar istilah HADI NW yang ada adalah HULTAH NWDI. Hultah (Hari Ulang Tahun) Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). NWDI adalah nama madrasah pertama  yang didirikan oleh Maulana Syaikh pada tahun 1937. Hari lahirnya madrasah inilah yang selalu diperingati tiap tahun dengan istilah  HULTAH NWDI.

Tahun 2016  untuk  pertama kali diperingati hari lahirnya organisasi Nahdlatul Wathan untuk hari jadi  yang ke - 63. NW lahir, 1 Maret  1953. Untuk peringatan hari ulang tahun organisasi Nahdlatul Wathan digunakan istilah HADI ( hari jadi). Kata "Hadi " diambil dari salam penutup pidato kader - kader NW dan tata naskah persuratan organisasi NW semua underbow dan  amal usahanya, yakni Wallahul muwaffiqu wal-HADI ila sabilirrosyad. HADI kosa  kata bahasa Arab yang arti leksikalnya "petunjuk". Dalam konteks  ulang tahun Nahdlatul Wathan singkatan dari HARI JADI. HADI NW (Hari Jadi Nahdlatul Wathan).

Peringatan hari jadi  NW adalah inisiasi dari Maulana Syaikh TGKH.L.G.M. Zainuddin Atsani ( HAMZANWADI II) saat menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan Nusa Tenggara Barat. Inisiasi ini tentu disetujui oleh Pengurus Besar Nahdlatul Wathan sehingga menjadi keputusan PBNW yang harus dilaksanakan oleh suluruh elemen Nahdlatul Wathan. Dengan keputusan PBNW maka dipertingatilah HADI ke -63 NW untuk peringatan pertama pada tahun 2016 di Lapangan Sangkareang Kota Mataram. Sejak peringatan pertama tahun 2016 menjadi agenda rutin organisasi NW untuk memperingati HADI NW kecuali saat covid karena taat pada aturan pemerintah tidak ada kegiatan kerumunan massa maka saat itu tidak diadakan peringatan HADI NW. Tahun 2023 dirayakan HADI NW ke -70.

Inisiator HADI NW terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan pada Muktamar ke-14  NW tahun 2019. Kini kepengurusan NW sudah terbentuk pada seluruh propinsi di NKRI. Perkembangan kepengurusan organisasi ini  sangat berkaitan  dengan motto perjuangan Nahdlatul Wathan yang ditetapkan dalam HADI Ke-70 NW yakni “Merawat Peradaban dan Menjaga Persatuan”.

Moto ini akan menjadi moto perjuangan Nahdlatul Wathan. Merawat peradaban dan menjaga persatuan. Peradaban yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam. Menjaga dan membina persatuan dalam bingkai bhineka tunggal Ika. Persatuan dengan menghargai perbedaan. Semua ini akan dilaksanakan oleh kader-kader/santri Nahdlatul Wathan. Untuk itu kualitas kader/santri Nahdlatul Wathan harus ditingkatkan dengan meredesain pendekatan pengkaderan santri Nahdlatul Wathan. Redesain tersebut antara lain : (1) Peningkatan Kafasitas Santri luar Lombok.  Sejak Maulana Syaikh masih hayat banyak santri-santri dari  luar Pulau Lombok yang belajar di Pondok Pesantren/Madrasah  NW yang ada di Pulau Lombok. Mereka ini adalah aset bagi Nahdlatul Wathan untuk mengembangkan organisasi Nahdlatul Wathan di luar Pulau Lombok. Untuk itu, aset ini harus dibina dan dikembangkan  kafasitasnya dengan baik. Di samping mengikuti pendidikan formal pada lembaga pendidikan formal/pondok pesantren Nahdlatul Wathan juga harus diberikan pengkaderan secara khusus dengan materi yang terdesain sesuai dengan kebutuhan spesifikasi masing-masing daerah.  Pengkaderan santri luar Lombok dengan tiga tahap, yakni (A) selamat datang di NW (mukaddimah); (2) Kajian Ke- NW-an; dan (3) Giroh Perjuangan dan Relasi Sosial. Tiga branding pengkaderan untuk santri luar Lombok yang materinya akan didesain oleh para intelektual Nahdlatul Wathan. Dengan tahapan pengkaderan ini diharapkan santri luar lombok setelah menamatkan pendidikan di NW dan kembali ke daerah masing-masing menjadi penerus perjuangan NW di daerahnya. (B) Beasantri PBNW. PBNW harus membuat program Beasantri. Program ini hanya dalam bentuk keputusan PBNW dan pelaksananya  adalah Pondok- Pondok Pesantren NW yang ada di Lombok yang telah mengasramakan santrinya. Pesantren-pesantren ini diperintah oleh PBNW untuk mengratiskan santri yang dikirim oleh PBNW. Misalnnya tiap-tiap pesantren ditugasi untuk menerima santri kiriman PBNW minimal 10 % dari jumlah santri baru yang diterima. Misalnya Pontren Cendekia menerima santri 100 orang maka harus siap menggratiskan 10 orang santri yang dikirim oleh PBNW dalam jenjang satuan pendidikan tertetu. Beasantri ini khusus diperuntukkan kepada penduduk asli  daerah  Pengurus Wilayah pengirim. Misalnya untuk Pengurus Wilayah  NW Papua maka PW NW Papua harus mencari anak Papua yang ibu bapaknya orang asli Papua atau salah seorangnya asli  Papua. Dengan kebijakan ini maka di masa depan  NW akan dipimpin dan kembangkan oleh penuduk asli satu daerah BUKAN lagi oleh pendatang dari NTB. PBNW dapat memperkirakan jumlah santri yang diterima oleh pesantren NW berasaram, misalnya 3.000 orang maka akan ada 300 orang santri luar Lombok yang akan dapat Beasantri PBNW. Distribusi ke PW-PW NW dapat  dibagi secara proposional. (C) Duta Nahdlatul Wathan. PBNW beberapa tahun terakhir ini aktif mengirim Duta NW. Duta ini adalah santri-santri NW yang telah menyelesaikan pendidikan formalnya pada Ma'had Darul Qur'an Wal Hadits dan salah satu perguruan tinggi NW. Mereka yang dikirim atas kemauan sendiri dan mendaftar.  Mereka dikirim ke luar Pulau Lombok untuk mengembangkan amal usaha Nahdlatul Wathan dibawah koordinasi dan tanggung jawab Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan. Untuk maksimalisasi eksistensi Duta NW  ini perlu dipersiapkan dengan baik, dengan  menetepakan santri Ma’had pilihan. Santri Ma'had  yang menampakkan kemampuannya dalam kitab kuning pada saat tingkat satu yang harus menjadi pilihan utama. Mereka inilah yang harus diajak unkut menjadi Duta NW dengan konvensasi digratiskan kuliah di Perguruan Tinggi  NW. Mereka harus menjadi Duta NW selama  lama kuliah ditambah 4 tahun. Bila kuliahnya 4 tahun maka harus siap menjadi Duta NW minimal 8 tahun. Duta NW ini dikirim ke daerah-daerah yang menjadi saasaran utama pengemabngan organisasi Nahdlatul Wathan saat yang bersangkutan tamat kuliah.  (D) Pemberdayaan  Lembaga Kaderisasi Pemimpin NW (LKP NW). Lembaga ini harus dibentuk dan harus diberdayakan. Calon-calon pimpinan NW yang telah diproduk oleh Badan Otonom/Lembaga NW sebelum menjadi Pengurus Organisasi NW harus terlebih dahulu dilatih/ditraining pada LKP NW. Bila terpaksa dilantik sebelum mengikuti LKP NW karena kebutuhan organisasi maka dalam jangka  waktu 6 bulan harus sudah mengikuti pelatihan/training pada LKP NW. Bila alternatif penguatan kader  Naahdlatul Wathan ini dijalankan/dilaksanakn  maka insyaa allah NW akan semakin berkembang dan wasiat pendiri NW  dalam Wasiat Renungan Masa Penglaman Baru akan progresip menjadi kenyataan, yakni ," Nahdlatul Wathan ciptaan ayahda/’ku AMANATKAN  kepada anakda/ DIPELIHARA dan terus DIBINA/Dan dikembangkan di Nusantara/. ISNW,  “ NWDI : Madrasahku; HAMZANWADI : Guruku; Nahdlatul Wathan : Organisasiku”. 

Wallahuaklambissawab