Daftar Isi [Tampil]

Bidan Desa Gunung Rajak, Baiq Mery Shintana, A. Md., Keb (Baju Putih) bersama Kadikes Lotim H.Fathurrahman dan Bupti Lotim HM.Sukiman Azmy
LOMBOK TIMUR Radarselaparang.com || Banyaknya kasus perdarahan terjadi pada ibu hamil di Desa Gunung Rajak, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) Pada tahun 2019 lalu, Bahkan secara umum di Kabupaten Lotim ini kasus kematian ibu dan anak akibat perdarahan terbilang juga cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah karena keterlambatan  para ibu hamil mendapatkan bantuan darah.

Fakta tersebut membuat Bidan Desa Gunung Rajak, Baiq Mery Shintana, A. Md., Keb., mencoba melakukan inovasi dengan mencari para pendonor darah. Terpikir kemudian bagaimana di Desa Gunung Rajak ini tersedia stok darah. Diawali dengan pendataan berapa banyak warga yang ada dan siap menjadi pendonor.

“Yang sehat-sehat saya data utamanya yang laki-laki dan saya ajak donor,” tutur Baiq Mery – sapaan akrabnya ketika diwawancarai Suara NTB, Selasa, 29 Agustus 2023.

Baiq Mery menuturkan, ia berhasil memperoleh data lebih dari 200 orang yang sudah siap donor kala itu. Datanya juga lengkap dengan alamat serta golongan darahnya. Dalam perjalanannya, ditemukan masih ada kendala, yakni kesulitan meminta warga dengan sukarela mendonorkannya darahnya.

Tidak patah arang, Baiq Mery ini pun mencoba kemudian menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) Lotim. Kemudian dibuat perjanjian kerja sama antara PMI agar sedia memenuhi setiap kebutuhan darah warga. Karena per tiga bulan, dari para pendonor ini berhasil distok darah 30-34 kantong saja.

Jumlah kantong darah yang berhasil dikumpulkan ini dinilai tidaklah mencukupi kebutuhan para ibu hamil di Desa Gunung Rajak yang jumlahnya tahun 2019 ini 50 orang. Satu orang diketahui butuh minimal 3-4 kantong darah ketika terjadi perdarahan.

Tahun 2020, Baiq Mery ini pun berusaha agar mendapat kantong darah lebih banyak. Dirinya melihat ada Sekretariat Gerakan Pramuka Desa Gunung Rajak yang berada di dekat Polindes. Para pemuda yang ada di Gerakan Pramuka inilah yang kemudian diajak untuk kerjasama mengumpulkan melakukan gerakan sosial donor darah tersebut. 

"Setelah saya melakukan pendekatan, akhirnya setuju kita melakukan bersama,” istri Pengurus Daerah Lombok Timur Nahdlatul Wathan TGH Muzayyin Sobri tersebut.

Semenjak saat itulah dibuat sebuah kesepakatan membuat Bank Darah dan membuat sebuah gerakan yang dinamakan  dalam sebuah akronim Gerakmu Si Dara Centil (Gerakan Pramuka Bantu Simpan Darah Guna Cegah Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan).

Bidan Desa Gunung Rajak, Baiq Mery Shintana, A. Md., Keb., saat menerima penghargaan nakes teladan tingkat nasional
Istilah Bank Darah, kata Baiq Mery hanya ada di Rumah Sakit atau PMI, karena mengikuti mekanisme penyimpanan dan perawatan atas darah. Istilah itu sengaja juga dipakai untuk membangun semangat warga untuk sedia dan ikhlas mendonorkan darahnya. Baginya, setetes darah untuk selamatkan nyawa manusia.

Semenjak kegiatan Gerakmu Si Dara Centil yang dilakukan sejak Januari 2020 membuahkan hasil, Dimana pada saat itu terkumpul sebanyak 70 kantong darah. Jumlah ini sudah melampaui kebutuhan ibu hamil di Gunung Rajak.

Tahun 2021, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R Soedjono Selong membentuk unit transfusi darah dan melihat potensi di Desa Gunung Rajak. Lewat Dinas Kesehatan, rumah sakit terbesar di Kabupaten Lotim itu kemudian mengajak bermitra bank darah di Gunung Rajak. Selain dengan PMI, Bank Darah Gunung Rajak ini pun sedia bekerjasama dengan Unit Transfusi Darah RSUD Dr. Soedjono Selong tersebut.

Sudah lima tahun kini sudah berjalan, aktivitas donor darah dari warga Gunung Rajak ini pun tetap berjalan dengan baik. Setiap donor, tetap bisa menyumbangkan 60-70 kantong setiap tiga bulan sekali. 

"September ini kita akan donor lagi,” paparnya.

Inovasi yang dilakukan Baiq Mery ini kemudian mengantarkannya sebagai salah satu tenaga kesehatan berprestasi. Beberapa waktu lalu, ia mendapatkan penghargaan langsung dari Kementerian Kesehatan sebagai tenaga kesehatan teladan tingkat nasional tahun 2023 mewakili Provinsi NTB.

Ditambahkan, pemerintah desa juga ikut membantu untuk menyukseskan kegiatan Gerakmu Si Dara Centil ini. Ada bantuan dari Pemerintah Desa Gunung Rajak yang digunakan untuk konsumsi pendonor sebelum dan sesudah mendonorkan darahnya. 

"Tidak banyak sih bantuan dari desa, tapi itu membantu untuk konsumsi pendonor,” ucap Baiq Mery.

Inovasi yang dilakukan Baiq Mery sangat membantu meringankan beban pasien. Tidak terkecuali peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) ketika mendapatkan pelayanan medis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjutan (FKTRL).

Apa yang dilakukan Baiq Mery ini mendapat apresiasi juga dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lotim, Dr. H. Pathurrahman. Kesiapan bank darah ini dinilai penting. Utamanya bagi ibu hamil yang menghadapi proses persalinan. Kasus-kasus kematian ibu dan anak di Lotim tidak ditampik salah satu penyebabnya, karena perdarahan.

Pathurrahman menekankan, di semua layanan faskes di bawah Dinas Kesehatan tidak melakukan diskriminasi pelayanan. Apakah dia peserta JKN-KIS ataupun non JKN-KIS. Pasien yang berobat di puskesmas tidak boleh dibeda-bedakan.

Kepada ibu hamil diakui memang menjadi atensi serius pihaknya. Semenjak kehamilan pertama, harus dipastikan telah memiliki kartu perlindungan sosial berupa JKN-KIS. Apakah mandiri atau peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN maupun APBD.

Intinya kata Kepala Dikes, ibu hamil harus miliki jaminan. Saat melahirkan jangan kemudian baru sibuk-sibuk mengurus JKN KIS. Hal ini jelas akan mengganggu pelayanan ke depan. Pada tenaga kesehatan harus ikut membantu mendorong agar ibu hamil memiliki kartu yang diterbitkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tersebut.

Dari awal hal ini ditegaskan agar saat persalinan ibu hamil tidak berpikir biaya saat persalinan, sehingga ibu hamil fokus menyiapkan biaya pasca persalinan. Kalau biaya dipikir dari awal, maka masalah tidak akan muncul belakangan.

"Persoalan ini harus dipikirkan bersama, tak saja tenaga kesehatan tapi juga pemerintah desa setempat beserta keluarga dari para ibu hamil,’’ pungkasnya. (*)