Daftar Isi [Tampil]

Proyek sumur bor tenaga surya yang dibiarkan mangkrak di Dusun Tejong Daye, Desa Ketangga, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa tenggara Barat (NTB)
LOMBOK TIMUR Radarselaparang.com || Sumur bor bertenaga surya yang kerjakan melalui dana pemerintah pusat di Dusun Tejong Daye, Desa Ketangga, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa tenggara Barat (NTB) yang dikerjakan tahun 2018 lalu dibiarkan mangkrak dengan kondisi yang memperihatinkan.

Tanpa di duga dan direncanakan, pada saat penyaluran air bersih untuk masyarakat Dusun Tejong Daya Desa Suwela oleh LAZAH NW bersama pimpinan Muslimat NW Lale Syifaunnufus, M. Farm ditunjukkan oleh kepala dusun setempat akan adanya proyek sumur bor tenaga surya yang mangkrak dengan menelan dana miliaran rupiah namun tidak bermanfaat buat masyarakat setempat.

Hal itu membuat membuat pimpus muslimat NW tersebut merasa miris dan angkat bicara dengan kondisi tersebut seolah masyarakat dijanjikan harapan palsu dengan membuat proyek sumur bor bertenaga surya namun gagal dan dibiarkan terbengkalai begitu saja.

Bagaimana tidak miris, proyek sumur bor tenaga surya tersebut dibiarkan terbengkalai dengan tidak menghasilkan air. Lebih mirisnya proyek pusat tersebut yang memakan 1,3 miliar itu dibiarkan begitu saja hingga di tempat mesin ditumbuhi rumput liar dan kolam penampung dipakai anak-anak setempat main bola.

Meski dilengkapi dengan tenaga panel surya, namun sumur bor yang seharusnya memasok air untuk 203 Kepala Keluarga (KK) didesa itu tidak berfungsi sama dekali, bahkan dari semenjak awal tahun 2018 lalu.

Pimpus Muslimat NW Hj Lale Syifaunnufus, S.Farm., M. Farm
Pimpinan Pusat (Pimpus) Muslimat Nadlatul Wathan (NW) Hj Lale Syifaunnufus, M. Farm menyampaikan dirinya tadi sempat berkomunikasi dengan kadus dan RT setempat yang menyatakan kekurangan air bersih ini selalu terjadi setiap tahun bila sudah mulai musim kemarau dan juga ditunjukkan tempat pembangunan sumur bor bertenaga surya tapi mangkrak tanpa ada manfaat.

Namun dirinya heran kenapa tidak ada solusi dari pemerintah daerah, Karena yang namanya air itu sumber kehidupan baik dipergunakan untuk minum, mandi, sholat, dan lainnya.

"Saya berharap kegiatan penyaluran air bersih ini terus berlanjut setiap tahun tentu jika sudah masuk musim kemarau karena sangat bermanfaat bagi masyarakat," ungkap cucu Pahlawan Nasional asal NTB TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tersebut usai menuangkan masyarakat air bersih saat diwawancarai media ini, Ahad (10/9/2023)

"Tentunya dengan menggandeng pemerintah daerah agar kita dapat mencarikan solusi agar masyarakat disini bisa mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan seperti kita di tempat lain," terangnya.

Sebagai Caleg DPR RI Dapil NTB II melalui partai Gerindra tentu kalau dinasipkan duduk disenayan tentu dengan menyaksikan langsung kondisi lapangan yang sangat miris itu, Ia akan mendekati pemerintah untuk berkoordinasi dengan memproritaskan  kebutuhan dasar ini.

Bagaimana solusi terbaik agar masyarakat yang ada disini selalu terdapak kekeringan tiap tahun agar ada solusi untuk mendalatkan air dan tidak terulang tiap tahunnya.

"Jujur saja saya sangat bersyukur pada hari ini bersama LAZAH NW bisa menyalurkan bantuan air bersih untuk kebutuhan masyarakat ini dan diperlihatkan juga sebuah proyek sumur bor tenaga surya yang mangkrak," tuturnya.

Lale Syifa menyampaikan dengan ditujukkan ada proyek pembuataan sumur bor dengan tenaga surya yang dikerjakan tahun 2018 yang lalu melalui proyek bantuan pemerintah pusat tersebut dengan menyangkan kenapa tidak tuntas pembangunannya dan dibiarkan mangkrak oleh kontraktor yang padahal proyek tersebut memakan dana miliaran rupiah. 

"Sangat disayangkan proyek miliyaran rupiah dibiarkan mangkrak, kenapa pemerintah sebelum membangun dari hasil analisis hingga perencanaan yang dilakukan tidak sampai tuntas pengerjaannya agar dana yang miliaran rupiah tidak terbuang sia-sia," ungkapnya mempertanyakan proyek tersebut.

Seharusnya di evaluasi pengerjaan proyek itu apakah benar-benar dapat menghasilkan  air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ditempat atau tidak, bila tidak bisa cari solusi agar dana yang besar itu betul-betul bermanfaat dan dapat mengalirkan air ke wilyah ini.

"Ya tadi saya juga diperlihatkan oleh kepala dusun lokasi proyek mangkrak tersebut dan sangat miris juga sangat amat disayangkan," terangnya Dekan Fakultas UNW Mataram tersebut.

Dirinya berharap Pemerintah daerah melalui instansi terkait dan aparat penegak hukum mengusut proyek mangkrak tersebut hingga tuntas siapa pelaku maupun kontraktor yang mengejakannya. Jangan meninggalkan pkerjaan yang belum tuntas sementara uang miliaran rupiah sudah habis. 

"Mudahan ini bisa menjadi atensi dan dapat diperhatikan hasil yang telah dibangun oleh pemerintah pusat dengan dana miliaran Rupiah namun dibiarkan mangkrak tanpa mendatangkan manfaat bagi masyarakat," harapnya.

Pimpus Muslimat NW Hj Lale Syifaunnufus, S.Farm., M. Farm saat membagikan masyarakat air bersih di di Dusun Tejong Daye, Desa Ketangga, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa tenggara Barat (NTB)
Secara terpisah, disampaikan pula oleh Kepala Dusun Tenjong Daya, Fathurrahman menyampaikan sumur bor dengan kedalaman sekitar 75 Meter itu tak pernah sama sekali beroprasi, bukan hanya itu perawatan juga tidak pernah dilakukan hingga membuat sumur bor tersebut dipenuhi dengan semak belukar.

"Semenjak saya jadi kadus, sumur bor ini tidak pernah beroprasi, bahkan setelah di resmikan tidak pernah ada dari pihak pemerintah terkait yang berupaya untuk melakukan perawatan," ucapnya.

Ironisnya seperti masyarakat seolah hanya menerima harapan palsu, hingga saat ini yang bisa dinikmati hanya sekedar bangunannya saja tanpa kebermanfaatan sama sekali. padahal pada musim kemarau ini, air dari sumur bor tersebut sangat dibutuhkan warga.

Fathurrahman berharap agar pemerintah terkait mengkaji ulang pembangunan sumur bor tersebut dan memfungsikan kembali sumur tersebut.

"Bila proyek pemerintah itu berhasil, maka mampu memasok air untuk 203 kepala keluarga, serta mampu mengaliri lahan pertanian warga," tuturnya.

Sumur bor tenaga surya yang dibiarkan mangkrak
Akan tetapi, dengan kondisi saat ini menyebabkan 203 Kepala Keluarga (KK) yang ada didusun itu harus mencari alternatif dengan menyedot air di Reban (saluran air atau parit)

"Kondisi itu memaksa kita mengambil air dari reban yang ada dibawah pasar Suela, itupun dengan kondisi air yang kotor," jelasnya.

Pengambilan air itupun memerlukan selang, masyarakat juga pada pemasangannya harus mengeluarkan ongkos sendiri, dengan pemasangan selang kecil sepanjang 3 kilo meter.

"Masyarakat harus rela bayar sebesar 400 ribu per satu bulan ke pihak pemerintah Desa Suela," pungkasnya. (RS)