Daftar Isi [Tampil]


HULTAH KE-88 MADRASAH NWDI "REFLEKSI NILAI PENDIDIKAN DAN PERJUANGAN MAULANASYAIKH"

Penulis : Muh. Munir Fauzi, M.Pd (Wakil Ketua Pemuda NW Lombok Timur/Sekretaris DPD KNPI Lombok Timur)

OPINI, Radarselaparang.com || Madrasah NWDI adalah madrasah pertama yang didirikan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang merupakan satu-satunya tokoh NTB yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Bahkan Madrasah NWDI ini didirikan Maulanassyaikh sebelum kemerdekaan Indonesia. Baru setelah itu didirikan organisasi Nahdlatul Wathan (NW). Madrasah NWDI bagian dari sejarah perjuangan bangsa. Hultah Madrasah NWDI digelar sebagai salah satu wujud semangat untuk melestarikan dan mengingatkan awal perjuangan pendiri organisasi NW TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam upaya membangun bangsa ini melalui pendidikan. Yang penting kita harus kompak dalam barisan. Sesuai wasiat Maulanasyaikh "Mari kita bersatu di satu barisan, jangan suka berkeliaran. Tetap bersatu bersama ikhwan, menurut pimpinan organisasi Nahdlatul Wathan". Hultah Madrasah NWDI ini adalah tasyakuran abituren. Siapa pun yang pernah belajar di lembaga pendidikan NW mulai dari jenjang pendidikan yang paling bawah sampai perguruan tinggi dimana pun berada kalian semua adalah abituren dan kader Nahdlatul Wathan. Hultah ini juga merupakan ajang munajat tahunan dan juga sebagai wujud syukur secara berjamaah dengan melantunkan munajat dan doa.

Di usia yang ke-88, Madrasah NWDI yang didirikan Maulanasyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan tonggak awal sejarah bagi pendidikan di NTB dan Indonesia pada umumnya. Lembaga pendidikan NWDI yg dikenal dengan Madrasah NWDI adalah wadah tempat mencetak kader pejuang agama bangsa dan negara. Dalam pengajian Hultah, ulasan sejarah perjuangan berdirinya madrasah NWDI di masa pemerintahan kolonial Belanda lazim kita dengar. Baik tentang cobaan dan tantangan mewujudkan visi-misi yg tersurat (seperti; Pendidikan, Sosial dan Dakwah) maupun visi misi terselubung (yaitu membangkitkan pergerakan rakyat  mengusir penjajah). 

Dalam ritual tasyakuran yang rutin dilaksanakan setiap tahun tersebut semata-mata wujud syukur dan merefres kembali kilas balik sejarah berdirinya madarasah NWDI dengan segala Dinamikanya. Oleh karena itu, HULTAH Madrasah NWDI bisa juga disebut sebagai media/sarana merefleksi nilai pendidikan dan perjuangan yang diwariskan Al-Magfurulah Maulanasyaikh TGKH. Zainuddin Abdul Madjid. Ada tiga nilai pengajaran yang sering disebut Maulanasyaikh dalam mendidik para santriwan-santriwatinya  yaitu: yaqin, ikhlas dan istiqomah. Tiga nilai yg dimaksud, kalau di analisis  akan ditemukan bahwa tiga hal tersebut rumus berjuang dalam organisasi Hamzanwadi. 

Pertama: 𝗬𝗮𝗾𝗶𝗻. Terminologi yaqin erat hubungannya dg akidah. dan akidah itu ranahnya iman. Yaqin adalah pengejawantahan dari kualitas iman, dimana seseorang dengan kualitas keyakinan yg baik akan memiliki kualitas iman yg baik pula. Jika sebuah Perjuangan sdh didasari iman yg kuat biasanya pantang menyerah dan tahan segala rintangan. Ke dua: 𝗜𝗸𝗵𝗹𝗮𝘀 merupakan ruhnya amal. Ke ikhlasan mengacu pada kondisi hati yg tulus mengerjakan sesuatu semata-mata mengharap ridha Allah SWT. banyak sekali tuntunan Quran hadits yang mengingatkan agar umat muslim  beragama dengan  tulus dan  ikhlas. Sebab apapun amal yg tdk didasari ikhlas tdk akan banyak memberi manfaat. Ketiga: I𝘀𝘁𝗶𝗾𝗼𝗺𝗮𝗵. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pekerjaan yg dikerjakan secara terus menerus secara konsisten. Jadi istiqomah itu berkaitan dengan konsistensi dalam berbuat atau melakukan sesuatu. Saking tinggi Nilai "istiqomah" disebutkan bahwa "istiqomah itu lebih baik daripada seribu karomah". Salah satu syarat mutlak untuk sampai pada puncak prestasi adalah Istiqomah.

Oleh karenanya pejuang organisasi NWDI maupun NW yang tdk mengamalkan 3 nilai pengajaran diatas, berpotensi menjadi perusak atau menghalangi kemajuan organisasi Hamzanwadi. Al-Magfurulah Maulanasyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid bukan hanya mengajar nilai tapi juga memberi keteladanan dalam bertindak. Maulanasyaikh merupakan sosok pelopor pendiri madrasah di lombok-NTB dan  juga Pelopor dalam sistem pembelajaran Madrasah sehingga beliau disebut sebagai "Abul Madaaris". 

Kalau ditelaah lebih teliti, bentuk kegiatan belajar yg diwariskan al-Magfurulah Maulanasyaikh relevan dengan semangat kurikulum merdeka belajar yang sedang dicanangkan kemdikbud. Dan dalam beberapa kegiatan ada juga kesesuaiannya dengan platform merdeka mengajar. Boleh di bahasakan, kurikulum merdeka seolah sebagai institusionalisasi praktik baik dari sistem pembelajaran madrasah. Sebagai contoh, Sistem pesantren yang di praktikan kiayai Hamzanwadi. Umumnya, santri Ma'had atau santri Pondok Pesantren biasanya dikarantina di asrama khusus. Namun di Madrasah NWDI, justru santri/thullab ma'had tinggal dikos yg disiapkan masyarakat disekitar madrasah. Oleh karenanya santri/thullab mahad Daarul Qur,an Wal-Hadits Al-Majidiyah As-Syafi,iyah Nahdlatul Wathan tidak diasramakan secara khusus. Mereka belajar, tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat sekitar madrasah. 

Sudah menjadi sesuatu yg lumrah bagi masyarakat lombok dan sekitarnya, kalau mondok di Anjani maksudnya Kos disekitar madrasah. Oleh karenanya lumrah juga Bagi kalangan santri madrasah NWDI lupa membedakan makna pondok dengan kos. Sebab mondok/nyantri di pancor maksudnya  kos di sekitar madrasah atau rumah guru/masyaikh. thullab mahad  yg menjadi santri semasa hayat al-Magfurulah Maulanasyaikh bahkan sampai hari ini, kos thulab ma'had masih menjadi pusat muthoola'ah, muroja'ah bersama santriwan santriwati di sekitar. Kalau dikosan tersebut tdk punya ustaz yg bisa mengajarkan, mareka akan mengundang seorang thullab mahad yg dianggap mampu untuk mengisi diskusi atau membentuk komunitas belajar (kombel) dlm istilah KM. (Inilah satu kesesuaian yg saya maksudkan) 

Thulab tingkat 1 MDQH NW akan membuat kombel guna Muzakarah dengan adek-adek mualimin sanawiyah maupun Aliyah. Kos thulab tingkat II sering menjadi pusat kombel mahad tingkat satu. Begitu seterusnya. Bahkan uniknya rumah masyaekh berperan seperti lembaga "bimbel" untuk mengekselerasi disiplin ilmu tertentu. Misalnya ada beberapa masyaikh yg dianggap spesialisasi  ilmu nahu-syaraf thullab akan berbondong-bondong mengikuti jadwal diskusi dengan penuh sukarela ketulusan. Begitu jg dengan disiplin ilmu yg lain seperti ilmu Fiqih, ilmu faraid, tasauf dan lain-lain. 

Ahirnya mari tetapkan esensi peringatan hari ulang tahun Madrasah NWDI sebagai bentuk syukur. dan memperkokoh nilai pendidikan dan perjuangan al-Magfurulah Maulanasyaikh. Peringatan Hultah Madrasah NWDI jangan di isi "language game" guna memperjelas perbedaan. Berbeda itu Sunatullah yg perlu ditonjolkan karya nyata yg dapat memperkokoh silaturahmi dan kekompakan umat.

Nahdlatul Wathan Fil Khair, Nahdlatul Wathan Fastabiqul Khoirot. "Selamat dan sukses Hultah Ke-88 Madrasah NWDI"