Daftar Isi [Tampil]

Ketua LPA Lotim, Judan Putra Baya saat soroti korban dugaan bulyying di Ponpes Al-Aziziah Lombok Barat yang saat ini terbaring koma.
LOMBOK TIMUR Radarselaparang.com || Kementrian Agama (Kemenag) diminta perketat pengawasan terhadap pendidikan yang bernaung dibawahnya oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Lombok Timur (Lotim) soroti kasus dugaan bullying yang terjadi dilingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) baru-baru ini terjadi di Ponpes Al-Aziziah Lombok Barat.

Kejadian ini tentu membuat dunia pendidikan berduka, lantaran korban dari dugaan perundungan ini sampai saat ini masih terbaring koma di RSUD Soedjono Selong.

"Prinsipnya kita prihatin terkait dengan yang menimpa salah seorang santri kita, lebih-lebih korban ini Berasal dari luar daerah Dari NTT," ucap Ketua LPA Lotim, Judan Putra Baya, Jumat (28/6/2024).

Menurut Judan, ihwal peristiwa ini membuat kepercayaan tentang keamanan Ponpes di NTB dari masyarakat luar daerah khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa saja berkurang.

Lebih lanjut Judan menjelaskan, rasa prihatin juga semakin besar lantaran pristiwa ini juga dikawal langsung oleh LPA pada saat korban mendapatkan perawatan pertama di Klinik Chandra di Labuhan Lombok.

"Bahkan ketika dia dirujuk ke RSUD
langsung kami instruksikan teman-teman yang ada di Selong terutama teman-teman di UPTD PPA untuk segera melakukan kroscek terkait dengan perkembangan korban, sampai saat ini," kata dia.

Menurutnya, peristiwa bulyying di Lingkungan Ponpes bukan kali pertama ini terjadi. Namun kasus-kasus serupa yang menimpa sebagian anak didik di lembaga pendidikan, termasuk di Ponpes sudah sering kali terjadi.

Oleh itu, pihaknya selalu berkomunikasi dengan Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) ihwal mengentaskan persoalan bulyying yang terjadi itu.

Termasuk kata dia, di dalamnya adalah Kementerian Agama, melalui Kanwil Kementerian Agama NTB dimintanya untuk lebih ekstra di dalam melakukan pengawasan terhadap pondok-pondok pesantren, terutama yang santrinya itu mukim di lingkungan Pondok.

Lantaran, LPA sampai saat ini juga selalu mendapatkan laporan terkait maraknya para junior yang mendapatkan perundungan oleh seniornya sendiri.

"Dan bahkan dibeberapa pondok pesantren di Lombok Timur yang sudah melaporkannya kepada kami sampai-sampai orang tua wali pada akhirnya menarik putra-putrinya di pondok pesantren tersebut," ungkapnya.

"Oleh karena itu sekali lagi kesan-kesan elit pondok pesantren ini itu sudah mulai dikurangi. Sehingga kita berharap pondok pesantren juga bisa bersikap terbuka terhadap siapapun yang punya etikat baik dalam rangka melakukan pengawasan atau kontrol terkait dengan perkembangan perilaku santri-santri kita yang ada di pondok pesantren," tutupnya. (RS)


Ikuti kami di berita google