Daftar Isi [Tampil]

H. Sapriadi Calon Kades Pajangan
LOMBOK TENGAH  Radarselaparang.com || H. Sapriadi (36) pada awalnya tak pernah terpikir untuk menjadi seorang perajin anyaman ketak. Ini semua berawal dari saat ia melihat usaha anyaman ini menjadi usaha rumahan yang digemari masyarakat yang ada di Desa Pajangan, Kecamatan Kopang Lombok Tengah.

Setelah lulus kuliah di UIN mataram, pria yang akrab disapa Adi ini menjalani kesehariannya menjadi Guru disalah satu madrasah yang ada di Desa Darmaji.

Pada tahun 2014, anyaman hasil kerajinan masyarakat setempat makin menumpuk di rumahnya. Lantaran ibunya Hj. Ruminah saat itu masih menjadi pengepul produk ketak dari masyarakat sekitar.

Memang produk anyaman yang digeluti ibunya itu laku di pasar. Tapi itu tak berlangsung lama imbas dari makin sedikit pengepul yang berminat untuk membeli produk anyaman yang dijual Ibunya.

Melihat kesulitan Ibunya inilah tebersit niat Adi untuk menjual produk dari yang ditampung Ibunya ini di tempat tinggalnya ke luar desa.

Dari itu pada tahun berikutnya, Adi mencoba menjual produk anyaman ketak ini ke luar daerah seperti Lombok Tengah, Lombok Barat hingga ke Bali. Di tempat-tempat itu, anyaman diolah menjadi produk jadi oleh perajin setempat.

Dari sanalah muncul keinginan Adi untuk membuat produk jadi. Ditambah lagi waktu itu produk anyaman di Desa Pajangan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Pada akhirnya Adi kemudian mengajak masyarakat sekitar tempat tinggalnya untuk ikut mengelola anyaman ketak tersebut menjadi produk jadi.

“Saya kumpulkan tetangga dirumah untuk buat anyaman ketak ini menjadi barang jadi, saya berinisiatip membuat CV Al Fatih untuk lebih gencar lagi memasarkan produk ketak yang sudah jadi ini ke pasar luar,” ucap Adi saat dihubungi media ini, pada Selasa (25/6/2024).

CV. Alfatih yang didirikannya itu butuh waktu cukup lama untuk melebarkan sayapnya dipasaran, pada tahun 2022 pasca Covid-19 Adi menerima pesanan cukup banyak untuk dipasarkan di hotel-hotel di Kute Mandalika.

Terlebih dengan adanya event MotoGP, permintaan atas produknya ini semakin banyak hingga produk yang dihasilkannya juga bisa mencapai ratusan item.

Apalagi produk yang dihasilkan juga berpariasi, mulai dari Tas, topi, kipas, kotak kado, dan lain sebagainya.

Perlahan-lahan namun pasti usahanya makin berkembang. Produk anyamannya kemudian bisa tembus mulai dari pasar nasional hingga luar negeri. 

Bahkan pada tahun 2024 ini Produk ketak milik Adi ini tembus hingga ke 3 pasar luar negeri, diantaranya Maroko, Malasiya, hingga Jerman.

Pada awal masa pandemi Civid-19 ini kerajinan anyaman ketak Adi tidak terdampak. Justru pada saat itu ia mendapat langganan konsumen terbanyak.

“Pada saat pandemi ini justru omzet kami mencapai titik tertinggi. Kalau normalnya rata-rata omzetnya Rp40-50 juta per bulan, kalau waktu itu kami mencapai Rp150 juta,” kata Adi.

Omzet yang telah diperoleh kemudian dibagi lagi kepada para pekerja maupun warga desa yang ikut membuat produk. Total ada lebih dari puluhan orang warga desa yang diberdayakan Adi. 

Kini CV Alfatih Adi telah menjelma menjadi satu diantara usaha anyaman yang diperhitungkan dengan omzet rata-rata perbulan mencapai Rp200 juta, Penjualan hingga tembus pasar Maroko, Malaysia, hingga Jerman.

Adi rupanya belum puas dengan capaian tersebut, keinginannya untuk memberdayakan semua masyarakat didesa pajangan terus diamininya.

Ia bahkan saat ini maju pada kontestasi politik desa menjadi calon kepala desa Pajangan. (RS)


Ikuti kami di berita google