Daftar Isi [Tampil]

Belasan mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi saat menelusuri misteri lorong gelap Goa Bangkang.
LOMBOK TENGAH - Radarselaparang.com || Ada cara belajar yang tak biasa dilakukan belasan mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi di mulai sejak Ahad (20/4) kemarin. Jika biasanya mereka berkutat dengan buku di ruang kelas, kali ini justru memilih petualangan seru, menelusuri misteri lorong gelap Goa Bangkang.

Goa Bangkang, permata geologi yang terletak di Desa Prabu, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, memang menyimpan daya tarik tersendiri. Lokasinya yang tak jauh dari sirkuit Mandalika menjadikannya destinasi wisata goa yang unik. Namun, bagi rombongan mahasiswa ini, Goa Bangkang lebih dari sekadar tempat rekreasi.

Dipandu oleh tiga dosen pembimbing yang penuh semangat, para mahasiswa ini melakukan "eksplorasi geologi dan geomorfologi" secara langsung. Jangan bayangkan kegiatan yang membosankan! Bagi mereka, Goa Bangkang berubah menjadi laboratorium alam yang hidup, tempat teori-teori di bangku kuliah menjelma menjadi kenyataan yang bisa dilihat dan dirasakan.

Goa batu kapur ini memang menyimpan sejuta cerita tentang perjalanan panjang bumi. Suasana sejuk, hening, dan sedikit mencekam di dalamnya justru memicu rasa ingin tahu dan kekaguman. Bagi para petualang ilmu ini, setiap sudut goa adalah misteri yang menanti untuk dipecahkan.

Lombok, pulau yang terkenal dengan keindahan pantainya, ternyata juga menyimpan keunikan geologi yang luar biasa, terutama di kawasan selatan. "Salah satu lokasi yang sangat menarik adalah Goa Bangkang (Bat Cave), yang bukan hanya menjadi rumah bagi ribuan kelelawar, tetapi juga menyimpan catatan penting tentang sejarah pembentukan pulau ini," ungkap Korprodi Pendidikan Geografi, Baiq Ahda Razula Apriyeni, M.Si, pada Senin (21/4/).

Baiq Ahda menjelaskan bahwa goa ini terbentuk melalui proses erosi air yang mengikis batuan kapur selama ribuan tahun, menciptakan struktur yang menakjubkan meskipun pembentukan karstnya belum sempurna akibat curah hujan yang relatif rendah.

Dari sudut pandang geomorfologi, kawasan sekitar Goa Bangkang menyuguhkan lanskap yang menarik, mulai dari tebing curam hingga lembah yang memukau. Penelitian di area ini membantu mengungkap bagaimana proses geologis seperti pelipatan dan pemecahan bumi membentuk bentang alam yang ada saat ini.

Tak hanya soal bebatuan, kekayaan flora dan fauna di sekitar Goa Bangkang juga menjadi daya tarik tersendiri. Vegetasi khas karst yang tumbuh di mulut goa menjadi habitat bagi berbagai jenis serangga, burung, hingga reptil langka.

"Beberapa spesies yang kami temukan bahkan tergolong endemik, menambah nilai ekologis dan potensi penelitian ilmiah Goa Bangkang sebagai laboratorium alam yang dinamis," imbuh Baiq Ahda.

Menurutnya, studi kasus di Goa Bangkang memiliki peran penting, tidak hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk upaya konservasi. Mengingat potensi pariwisata Lombok yang terus berkembang, perlindungan terhadap situs geologis seperti Goa Bangkang menjadi semakin krusial.

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan rekomendasi pengelolaan yang berkelanjutan, sehingga keunikan geologi Lombok dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.

Selama penjelajahan, para dosen tak lelah memotivasi mahasiswa untuk mengamati, menganalisis, dan menghubungkan temuan di lapangan dengan teori yang telah dipelajari di kelas. Bagi mereka, Goa Bangkang bukan lagi sekadar destinasi wisata, melainkan ruang belajar terbuka yang mengajarkan tentang geologi, ekosistem, dan betapa dekatnya ilmu pengetahuan dengan alam.

"Petualangan ini membuktikan bahwa belajar itu bisa lebih dari sekadar duduk dan mencatat. Kadang, belajar adalah tentang melangkah, meraba batu, menatap langit-langit goa, dan merasakan sendiri kisah yang ditulis oleh bumi," pungkas Baiq Ahda dengan senyum.

Bagi para mahasiswa, pengalaman pertama menjelajahi goa alami ini memberikan kesan yang mendalam. Salah seorang mahasiswa mengaku sempat merasa gugup saat pertama kali memasuki kegelapan lorong goa.
Namun, baginya, pengalaman belajar langsung di lapangan seperti ini jauh lebih membekas dibandingkan hanya membaca buku.

"Semua pengalaman ini memberikan sensasi belajar yang penuh semangat sekaligus menantang," ujarnya antusias. (RS)