![]() |
Kepala SDN 02 Jurit, Lalu Suparlan,S.Pd |
Kondisi ini diungkapkan langsung oleh Kepala SDN 02 Jurit, Lalu Suparlan. Menurutnya, kerusakan bangunan sekolah ini bukan masalah baru dan telah dilaporkan jauh sebelum bencana gempa bumi melanda Lombok.
"Sejak tahun 2016 sudah itu sudah kami laporkan jauh sebelum gempa. Nah, begitu gempa bagian atas semakin parah," ungkap Lalu Suparlan saat ditemui di sekolah pada Rabu (16/4).
Parahnya kondisi bangunan memaksa pihak sekolah mengambil langkah ekstrem. Awalnya, delapan buah terpal diberikan agar siswa dapat belajar di luar ruangan. Namun, keterbatasan ruang memaksa siswa untuk kembali belajar di dalam kelas yang rusak, meski dengan rasa was-was.
"Tapi walau tidak aman ya kita paksakan ketimbang tidak dapat belajar, terpaksa untuk belajarnya di luar. Namun karena memang sudah kurang ruangan, karena rombelnya 12, tapi kelas yang tersedia hanya 9, yang 9 ini yang rusak itu 6 berarti yang layak pakai hanya 3 kelas saja," jelas Lalu Suparlan.
Kreativitas pihak sekolah dalam menyiasati keterbatasan ruang patut diapresiasi. Musholla, area parkir, hingga perpustakaan disulap menjadi ruang belajar darurat. Beberapa kelas bahkan terpaksa digabungkan. Namun, dengan kondisi bangunan yang semakin rapuh, kekhawatiran akan keselamatan siswa semakin meningkat. Pihak sekolah kini tak berani lagi menempatkan seluruh siswa di dalam bangunan yang berpotensi ambruk.
"Kondisi ini sudah lama tapi parahnya kemarin ini pada waktu masuk hari pertama itu semakin parah. Kalau parahnya sudah lama, pas gempa itu semakin parah. Harapan kami mudah-mudahan ini segera di ada kebijakan atau ada bantuan pemerintah daerah supaya anak-anak kami di sini bisa belajar dengan aman bisa tenang, itu harapan kami," tutur Lalu Suparlan dengan nada penuh harap.
Lalu Suparlan sendiri telah ditugaskan di sekolah ini sejak Oktober 2012. Saat itu, kondisi bangunan memang sudah memprihatinkan dan upaya perbaikan seadanya telah dilakukan dengan dana terbatas. Namun, kondisi bangunan terus memburuk seiring berjalannya waktu.
"Dulu Oktober 2012 memang sudah sudah parah tapi saya coba suruh tukang untuk memperbaiki sedikit-sedikit tapi jarang yang berani berani naik langsung karena banyak yang sudah lapuk akhirnya bisa memperbaiki semampunya aja," katanya.
Di tengah keterbatasan dan ancaman, semangat belajar 350 siswa SDN 02 Jurit patut diacungi jempol. Berkat program pra-belajar yang inovatif, jumlah siswa terus bertambah dari 283 menjadi 350.Namun, kondisi fisik sekolah yang semakin mengkhawatirkan, dengan langit-langit yang runtuh dan tembok yang condong keluar, menjadi ancaman nyata bagi aktivitas belajar mengajar.
Langit-langit plafon yang 80 persen jatuh, kemudian temboknya sudah condong keluar, untuk mencegah roboh pihak sekolah membuat sekat dan penyangga memakai bambu agar jangan sampai anak-anak jadi korban saat bermain.
Dengan kondisi yang sangat memperihatinkan ini pihak sekolah tetap menjalankan proses belajar mengajar dengan memakai ruang musholla seadanya dan membagi siswa masuk pagi dan siang. Belum lagi yang di dalam ruang guru sudah pakai penyangga ramuan kayu, kalau tidak dimanfaatkan mau ditaruh gurunya gimana akhirnya terpaksa dipakai ruang kelas 4A.
"Harapan kami mudah-mudahan ini didengar sama yang di daerah atau pemerintah pusat," pungkas Lalu Suparlan, berharap uluran tangan pemerintah daerah hadir demi keamanan dan kenyamanan para siswa dan guru SDN 02 Jurit. (RS)
Ikuti kami di berita google