LOMBOK TIMUR - Radarselaparang.com || Secercah harapan kini bersemi di Lapas Kelas IIB Selong. Sebuah inisiatif pembinaan inovatif tengah digulirkan, memanfaatkan potensi tanaman porang yang tengah naik daun sebagai komoditas bernilai tinggi.Peninjauan lokasi penanaman Porang untuk Barga Binaan Lapas Selong
Lapas Selong menunjukkan keseriusannya dalam membina kemandirian warga binaan. Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Lombok Timur, Azlan, bersama dengan Prof. Suwarji, seorang pakar porang terkemuka dari Universitas Mataram, turut hadir meninjau langsung lahan di Pos Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Menanga Baris. Lahan subur inilah yang diproyeksikan menjadi ladang porang, tempat warga binaan akan menimba ilmu dan keterampilan baru.
Kabar baik pun datang dari Prof. Suwarji. Setelah melakukan penilaian seksama, beliau menyatakan bahwa lahan tersebut sangat representatif untuk pengembangan budidaya porang dalam skala besar.
“Kondisi tanah yang subur dan kemiringan yang landai sangat ideal untuk pertumbuhan porang,” ujarnya, memberikan angin segar bagi program ini, pada Kamis (15/5).
Lebih dari sekadar tanaman komoditas, porang menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa. Dalam bentuk chip kering untuk ekspor, harganya dapat mencapai jutaan rupiah per kilogram. Namun, nilai sesungguhnya terletak pada pemberdayaan yang ditawarkannya. Setiap umbi porang yang ditanam dan dirawat oleh warga binaan adalah simbol dari harapan akan masa depan yang lebih baik setelah mereka menghirup udara bebas.
Kepala Lapas Selong, Ahmad Sihabudin, dengan antusias menyampaikan bahwa program ini bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan sebuah gerakan perubahan yang memiliki visi agar setiap warga binaan yang keluar dari lapas ini tidak hanya bebas secara fisik, tetapi juga memiliki bekal kemandirian yang kuat.
"Budidaya porang adalah salah satu jalan yang kami yakini dapat mewujudkan hal tersebut,” tegasnya.
Kunjungan dan peninjauan lahan yang berlangsung penuh semangat ini menandai babak baru dalam upaya pembinaan di Lapas Selong. Sinergi yang terjalin antara pihak lapas, pemerintah daerah, dan akademisi menjadi fondasi kuat bagi lahirnya program yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga inspiratif bagi semua pihak.
Di lahan Menanga Baris, porang bukan sekadar tanaman. Ia menjelma menjadi simbol harapan, membuktikan bahwa peluang untuk tumbuh dan meraih masa depan yang lebih baik dapat bersemi di mana saja, bahkan di balik tembok penjara. (RS)