LOMBOK TIMUR, NTB - Radarselaprang.com || Pertanian, sebagai denyut nadi perekonomian desa, membutuhkan fondasi infrastruktur yang kuat. Di Desa Denggen Timur, komitmen luar biasa Pemerintah Desa dalam membangun tulang punggung pertanian mereka, khususnya melalui pembangunan jalan usaha tani, telah membawa angin segar. Inisiatif ini tidak hanya memudahkan akses, tetapi juga secara signifikan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempt dari sektor pertanian.Kades Denggen Timur, Moh. Jamaluddin saat melihat proses pembukaan jalan tani
Kepala Desa Denggen Timur, Moh Jamaluddin, mengungkapkan bahwa keberhasilan pembangunan jalan usaha tani adalah buah dari kerja sama solid semua pihak. Sejak awal kepemimpinannya di tahun 2018, akses jalan bagi petani selalu menjadi prioritas utama.
"Tahun pertama, tahun 2018 lalu kami membuka jalan usaha tani 3 kilometer," ujar Kades Jamal, pada Rabu (25/06) di ruang kerjanya.
Jalan sepanjang 3 kilometer yang pertama kali dibuka itu tersebar di beberapa titik strategis, termasuk 2 kilometer di Gunung Siup yang dilanjutkan ke Dasan Gedang menuju Dasan Kebon. Pembangunan berlanjut dari Rejeng Empas ke Dasan Gedang Lauq, serta di Montong Bubut, wilayah Sambiq Elen, sepanjang 3,5 kilometer. Komitmen ini tak pernah surut; pada tahun 2023, infrastruktur pertanian di Dasan Gedung Lauq kembali dibuka sepanjang 2 kilometer.
Tahun ini, 2025, Pemerintah Desa Denggen Timur kembali mengukir prestasi dengan membuka jalan usaha tani sepanjang 3,5 kilometer di Dasan Awas, Gunung Timba, Gunung Timba Daya, dan di Sambiq Elen. Kades Jamal juga menambahkan bahwa pihaknya berencana membuka lebih banyak titik lagi, yang saat ini masih dalam tahap komunikasi intensif.
"Tujuannya mempercepat akses usaha pertanian seperti obat-obatan, hasil pertanian. Tujuan lainnya memperkuat ketahanan di masyarakat," terang Kades Jamal, menjelaskan dampak luas dari pembangunan ini.
Pembangunan jalan usaha tani ini bukanlah perkara mudah. Kades Jamal menjelaskan bahwa dibutuhkan komunikasi intensif dengan pemilik lahan dan para subak di wilayah tersebut, mengingat sifatnya yang swadaya murni.
"Namun, dukungan penuh dari masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan setiap tahapan pembangunan," jelas Kades Jamal.
Kades Jamal, mengenang masa-masa sulit sebelum tahun 2018. Saat itu, petani menghadapi berbagai hambatan. Penggunaan hand tractor menjadi terhambat karena sulitnya akses dari hulu ke hilir. Bahkan, setelah panen, petani terpaksa mengangkut sendiri hasil pertanian mereka hingga 1,5 kilometer ke pinggir jalan utama.
"Mereka harus bawa sendiri, angkut sendiri, kalau tidak begitu pembeli tidak mau beli hasil pertanian, itu pun akan dibeli dengan harga murah," tuturnya, menggambarkan kesulitan yang membebani para petani.
Namun, pemandangan itu kini telah berubah drastis. Dengan adanya jalan usaha tani, hasil pertanian dapat dengan mudah dikeluarkan ke jalan. Proses produksi menjadi lebih lancar, dan biaya operasional petani pun berkurang secara signifikan.
"Sekarang kita bisa lihat setiap sorenya, pinggir jalan dipenuhi dengan hasil pertanian seperti cabe, tomat, terong dan yang lainnya," pungkas kepala desa dua periode itu dengan bangga, menyaksikan langsung dampak positif dari pembangunan infrastruktur yang telah ia gagas. (RS)