Daftar Isi [Tampil]

Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Fathul Kasturi
LOMBOK TIMUR NTB - Radarselaparang.com ||  Kabar gembira datang dari sektor pertanian Lombok Timur! Setelah sempat meredup, komoditas porang kini siap menggeliat kembali, bahkan diprediksi menjadi primadona baru yang menggerakkan roda ekonomi masyarakat. 

Lombok Timur akan menjadi pionir pengolahan porang berskala besar dengan kehadiran pabrik pengolahan porang berkapasitas raksasa dan menjadi kunci kebangkitan dan menjadi peluang besar petani porang untuk panen keuntungan.

Pada periode 2021-2022, petani porang di Lombok Timur sempat terpuruk akibat anjloknya harga dan ketidakjelasan pasar. Namun, kini semua berubah. Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Fathul Kasturi, dengan optimisme tinggi menyatakan.

"Dulu kita punya potensi 400 hektar yang tersebar di Kecamatan Aikmel, Suela, serta Sembalun. Tapi saat itu harga porang anjlok dan pasarnya tidak jelas, sehingga minat masyarakat menurun," ungkap Kastur dengan optimis, Senin (16/06).

Pabrik Pengolah Porang Satu-satunya: Game Changer Petani

Titik balik kebangkitan porang adalah beroperasinya pabrik pengolahan porang satu-satunya di Lombok Timur. Pabrik ini memiliki kemampuan unik mengubah porang mentah menjadi tepung porang dengan kapasitas produksi fantastis, mencapai 50 hingga 80 ton per hari. Ini jauh melampaui pabrik lain yang umumnya hanya mengolah porang dalam bentuk chip.

"Ini adalah kesempatan emas bagi petani kita untuk kembali menanam porang dengan baik. Pasarnya sudah jelas dan sangat menjanjikan," tegas Kasturi, menyoroti nilai tambah signifikan dari pabrik ini.

Tantangan Pasokan dan Solusi Inovatif

Meskipun potensi lahan porang mencapai 400 hektar, Kasturi mengakui bahwa luasan ini masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pabrik yang minimal 1.500 ton per bulan. Dengan produksi rata-rata 2 kg per batang dan 40.000 batang per hektar, 400 hektar hanya mampu menghasilkan sekitar 80 ton.

"Ini menunjukkan bahwa masih ada defisit pasokan porang yang signifikan," jelas Kasturi.

Untuk mengatasi ini, Dinas Pertanian akan berupaya keras meningkatkan minat petani. Sebuah kabar baik datang dari ahli porang Jawa Timur: porang kini terbukti dapat ditanam di lahan terbuka dan berproduksi dengan baik, bahkan varietas yang ada saat ini bisa dipanen dalam waktu 6 bulan, jauh lebih cepat dibandingkan panen tiga tahun sekali di masa lalu. Produktivitasnya pun menjanjikan, dengan berat per umbi mencapai 2-3 kg.

Harga Menggiurkan dan Potensi Keuntungan Miliaran Rupiah

Dinas Pertanian juga menekankan kemudahan budidaya porang yang hanya membutuhkan pupuk organik atau kompos, tanpa pestisida kimia. Ini tentu menekan biaya produksi.

Dengan pasar yang jelas, harga yang menguntungkan, dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, budidaya porang di Lombok Timur diharapkan dapat menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat, mengubah lahan tidur menjadi ladang uang, dan membawa kesejahteraan bagi para petani.

Kasturi juga mengungkapkan fakta yang paling dinantikan petani: harga porang saat ini sangat menarik. Di Jawa, harga porang mencapai Rp12.000 per kg, sementara di Lombok Timur sendiri sudah di angka Rp11.000 per kg. Dengan biaya penanaman per hektar sekitar Rp32 juta hingga Rp35 juta, potensi keuntungan sangat besar.

"Jika satu hektar bisa menghasilkan Rp800 juta, ini sangat menjanjikan!" seru Kasturi, mengilustrasikan potensi keuntungan yang fantastis bagi petani.

Pihak dinas akan melakukan sosialisasi intensif untuk membangkitkan kembali semangat menanam porang. "Tugas kami sekarang adalah memastikan ketersediaan bahan baku untuk pabrik. Kita akan yakinkan petani bahwa pasar sudah pasti dan harga bagus," tambahnya.

Lahan Marginal Jadi Berkah Baru

Untuk memperluas areal tanam, Dinas Pertanian akan mengarahkan petani untuk memanfaatkan lahan-lahan marjinal, terutama yang kurang sumber air dan sulit ditanami tanaman pangan.

"Porang bisa ditanam menjelang musim hujan, seperti bulan Oktober. Lahan-lahan di tengah Lombok Timur yang kering dan kurang subur bisa dimanfaatkan optimal untuk porang," pungkas Kasturi. (RS)