![]() |
Agung (AA) Made Jelantik Baharyang Wangsa, bersama rombongan tokoh Hindu lainnya, menyambangi keluarga almarhum di Kelurahan Sapta Marga, Cakranegara. |
Kedatangan mereka bertujuan untuk menyampaikan belasungkawa sekaligus menyatakan kepedulian terhadap kejanggalan dalam penanganan kasus kematian almarhum.
Keluarga almarhum, khususnya istri mendiang, Tara, dan kakak kandungnya, Dayu, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas klaim Lanud Medan yang menyebut kematian Lettu Kes Ida Bagus Dody sebagai bunuh diri tanpa melalui penyelidikan menyeluruh.
Kecurigaan keluarga bermula dari hasil Visum Et Repertum yang tidak lengkap, serta hilangnya pakaian almarhum di rumah sakit Lanud Medan. Selain itu, ditemukan luka memar di mata dan pelipis kanan jenazah, menguatkan dugaan adanya kekerasan.
Autopsi Ungkap Fakta Mengejutkan: Kekerasan Benda Tumpul dan Mati Lemas
Atas desakan keluarga, autopsi akhirnya dilakukan di RSUD Provinsi NTB. Hasilnya mengejutkan: almarhum tewas akibat kekerasan benda tumpul, mati lemas, dan baru kemudian digantung. Dokter forensik juga menemukan luka hematoma di kepala dan mata, lecet di tangan, serta memar di punggung. Lebih lanjut, dokter forensik membenarkan adanya tanda-tanda perlawanan dari almarhum.
Namun, pihak keluarga menyayangkan kurangnya transparansi dalam proses penyelidikan pasca-autopsi. Dayu mengungkapkan kekesalannya karena tidak pernah dimintai keterangan oleh penyidik POM Lanud Bizam, meskipun dokter forensik siap memberikan kesaksian. Selain itu, barang-barang almarhum yang disita penyidik tidak dirinci secara resmi dan tertulis.
Istri almarhum, Tara, juga mengeluhkan bahwa dirinya dan kedua anaknya belum menerima hak-hak sebagai istri seorang perwira, termasuk gaji mendiang suami, karena tuduhan bunuh diri yang dianggap "mencederai kesatuan Lanud Medan."
Ia berharap hasil autopsi ini dapat menjadi pedoman untuk mengungkap misteri kematian suaminya, karena "sudah jelas kematian adik saya akibat adanya kekerasan, bukan gantung diri."
Puri Ajak Tokoh Hindu Bersatu Desak Keadilan
AA Made Jelantik Baharyang Wangsa menyatakan keprihatinannya atas kasus ini. "Saya merasa sangat sedih mendengar ada musibah yang seperti ini di lingkup militer," ujarnya. Sejak awal, ia menilai kematian almarhum tidak masuk akal.
AA Made Jelantik mengajak seluruh tokoh Hindu dan pihak-pihak terkait di Lombok untuk bersatu mendorong pengungkapan kasus ini dan memastikan keadilan bagi keluarga almarhum.
"Mari kita bersama-sama menuntut keadilan, jangan sampai karena militer dianggap berat," serunya.
Pakar Hukum Suarakan Mosi Tidak Percaya, Desak KASAU Ambil Alih Kasus
Pakar Hukum, I Gusti Putu Ekadana, menilai kedatangan Puri Agung Pamotan merupakan tanggung jawab moral sebagai raja umat Hindu, sekaligus gambaran kekecewaan tokoh Hindu Lombok terhadap penanganan kasus yang amburadul oleh Kopasgat Lanud Medan.
Ia membandingkan penanganan kasus ini dengan kasus kematian Brigadir Nurhadi di Polda NTB yang lebih transparan dan cepat perkembangannya.
Menurut I Gusti Putu Ekadana, Lanud Medan telah keliru dalam menangani kasus ini, terutama dengan memastikan penyebab kematian adalah bunuh diri tanpa autopsi terlebih dahulu. Hilangnya pakaian almarhum dan surat penolakan autopsi yang dinilai "dijejali" kepada keluarga juga menjadi sorotan.
"Kami tidak percaya lagi Lanud Medan, karena cara penyelidikannya sudah amburadul dan konyol," tegasnya.
Oleh karena itu, ia bersama para tokoh Hindu Lombok menyuarakan mosi tidak percaya dan mendesak Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) untuk segera mengambil alih kasus ini.
"Besok kami akan bersurat resmi supaya kasus ini diambil alih Kasau," tandasnya. (RS)