![]() |
Bupati H. Haerul Warisin saat launcing pabrik air minum dalam kemasan (AMDK) "Asel" milik PT Energi Selaparan |
Kebangkitan ini membawa semangat baru bagi perusahaan daerah yang sempat mati suri. Selama tiga tahun terakhir, pabrik yang pernah menjadi kebanggaan daerah ini terbengkalai, bahkan gudang-gudangnya sempat kosong dan tak terurus.
Direktur Utama PT Energi Selaparang, Joyo Supeno, mengungkapkan rasa syukur dan optimismenya bahwa kebangkitan ini tak lepas dari dukungan penuh Bupati Lombok Timur.
"Alhamdulillah, hari ini kita bisa produksi perdana. Mudah-mudahan ke depan akan lebih baik," ujarnya.
Joyo menjelaskan, kebangkitan ini didukung oleh pembenahan menyeluruh, mulai dari perbaikan infrastruktur, mesin-mesin yang mangkrak, hingga penambahan mesin baru. Langkah ini berhasil melipatgandakan kapasitas produksi.
Jika sebelumnya hanya mampu menghasilkan 800-1.000 dus per delapan jam, kini kapasitasnya meningkat drastis menjadi dua kali lipat.
"Kami laporkan bahwa kita sudah ada penambahan mesin baru," kata Joyo.
"Sekarang itu sudah bisa kita dua kali lipat karena kita sudah punya dua mesin."sambungnya.
Selain itu, Joyo juga memaparkan progres di unit bisnis lain, yaitu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN). PT Energi Selaparang juga telah melakukan pembenahan manajemen dan infrastruktur di sana, termasuk mengganti dispenser yang sudah tua. Joyo optimistis dengan langkah-langkah ini.
"Insyaallah, pelan tapi pasti, dari kecil menjadi besar, kita akan menjadi pejuang dividen di Lombok Timur," pungkasnya.
Dikesempatan yang sama, Bupati H. Haerul Warisin menegaskan komitmennya untuk mendukung kebangkitan AMDK "Asel". Pemerintah daerah telah mengalokasikan dukungan finansial sebesar Rp5 miliar dari APBD. Meskipun baru 50% yang dicairkan, dana ini diharapkan bisa digunakan untuk menambah mesin lagi, sehingga target produksi 10.000 dus per hari bisa tercapai.
Bupati Warisin juga menekankan pentingnya disiplin bisnis agar perusahaan ini tidak bangkrut lagi. "Yang mengawasi harus jelas juga ya, kemudian yang diawasi juga bekerja dengan baik," tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa tidak boleh ada fasilitas gratis, bahkan untuk pejabat sekalipun. "Dia pesan saja yang dibutuhkan, kemudian diantarkan ke rumahnya dia bayar. Enggak boleh gratis," tegasnya.
Untuk mendukung produk lokal, Bupati Warisin mengajak seluruh ASN, guru, kepala sekolah, hingga pondok pesantren di Lombok Timur untuk mengonsumsi AMDK "Asel". Selain itu, kehadiran AMDK "Asel" diharapkan dapat memberikan harga yang lebih terjangkau dan bersaing di pasaran. Ia menargetkan harga Rp26.000 per dus agar UMKM bisa mendapatkan margin keuntungan lebih besar.
"Harga harus kita bersaing lebih rendah ya daripada harga-harga swasta," pungkas Bupati. (RS)