LOMBOK TIMUR - Radarselaparang.com || Isu kelangkaan dan sulitnya akses terhadap BBM bersubsidi jenis Pertalite yang meresahkan skala nasional kini dirasakan dampaknya hingga ke pelosok desa. Kekhawatiran ini menjadi fokus utama dalam pertemuan nelayan di pesisir pantai Dusun Pedamekan, Desa Belanting, Kecamatan Sambelia. Jumat 25/9).
Pahruddin, SP. Penyuluh Perikanan setempat, menemui anggota kelompok KUB Lereng Rinjani dan KUB Air Sintu yang sedang berkumpul.
H. Pahruddin, Penyuluh Perikanan setempat, menemui anggota kelompok KUB Lereng Rinjani dan KUB Air Sintu yang sedang berkumpul. Keluhan utama yang disampaikan adalah kesulitan mencari Pertalite, terutama setelah adanya regulasi baru dari pemerintah pusat.
"Penjualan BBM jenis Pertalite sudah tidak diperbolehkan lagi di pengecer, sehingga nelayan merasa dirugikan," ungkap salah satu perwakilan kelompok. Akibatnya, nelayan terpaksa beralih membeli Pertamax yang harganya melambung tinggi, mencapai Rp 15.000 per liter di tingkat eceran.
Penyuluh Perikanan menjelaskan bahwa nelayan kini tidak diizinkan membeli Pertalite di SPBU tanpa memiliki barcode. Namun, untuk mendapatkan barcode, para nelayan harus melengkapi sejumlah persyaratan, seperti Foto KTP, Kartu Nelayan, Memiliki Pas Kecil perahu/sampan, dan Memiliki e-BKP/TDKP.
Masalahnya, sebagian besar nelayan Dusun Pedamekan belum memiliki Pas Kecil perahu. Selain itu, banyak masyarakat nelayan dan petani yang masih minim pemahaman tentang regulasi dan proses pengurusan persyaratan tersebut. Menyadari hal ini, H. Pahruddin siap memberikan pendampingan kepada kelompok nelayan dalam mengurus dokumen-dokumen yang diperlukan.
Kesulitan BBM ini tak hanya memukul nelayan, tetapi juga petani dan tukang ojek. Dengan harga Pertamax eceran yang mencapai Rp15.000, biaya operasional pun melonjak.
"Meskipun secara resmi harga minyak tidak naik, dampak dari mahalnya Pertamax eceran membuat ongkos ojek dan harga barang ikut naik, khususnya di pelosok," ujar warga.
Senada dengan keluhan di lapangan, Ketua Umum Serikat Tani Nasional (STN) Lombok Timur, Bung Tamrin, turut angkat bicara. Berawal dari diskusi di grup pesan singkat, Bung Tamrin terpanggil untuk mencari solusi atas keresahan BBM ini. Ia berharap pihak terkait segera turun tangan dan mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan BBM bersubsidi.
"Semoga pihak terkait memberikan jalan solusi dan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan BBM," tutup Bung Tamrin. (Acip/RS)
