Daftar Isi [Tampil]

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lombok Timur, Sri Endah Wardianti
LOMBOK TIMUR - Radarselaparang.com || Kabupaten Lombok Timur menunjukkan performa ekonomi yang impresif pada tahun 2024 dan kuartal awal 2025. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lombok Timur, Sri Endah Wardianti, pertumbuhan ekonomi daerah ini mencapai 4,20% pada tahun 2024, menjadikannya pertumbuhan tertinggi ketiga di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Lombok Utara.

"Pertumbuhan positif ini terus berlanjut hingga kuartal I dan II tahun 2025," ucap Sri, pada Kamis (25/9).

Pada kuartal I 2025, laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lombok Timur mencapai 5,45% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan PDRB Provinsi NTB yang justru mengalami kontraksi sebesar -1,43%. Tren serupa terjadi di kuartal II 2025, di mana Lombok Timur tumbuh 3,87% sementara PDRB Provinsi NTB kembali terkontraksi sebesar -0,82%.

PDRB Lombok Timur didominasi oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang menjadi kontributor terbesar. Pada tahun 2024, porsi konsumsi rumah tangga mencapai 72,75%. Kontribusi signifikan ini berlanjut di kuartal I dan II 2025, dengan porsi masing-masing 77,20% dan 75,72%.

"Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat menjadi pendorong utama roda perekonomian di Lombok Timur," terang Sri.

Sementara itu, dari sisi sektor ekonomi, sektor tersier (jasa) menjadi penyumbang terbesar PDRB, diikuti oleh sektor primer (pertanian, kehutanan, perikanan) dan sektor sekunder (industri, konstruksi).

Sektor Tersier: PDRB kuartal I dan II 2025 didominasi oleh sektor jasa yang mencakup perdagangan, transportasi, perhotelan, dan lainnya, dengan kontribusi masing-masing 49,50% dan 50,41%.

Sektor Primer: Menyumbang 34,97% di kuartal I dan 33,94% di kuartal II 2025, dan Sektor Sekunder: Berkontribusi sebesar 15,53% di kuartal I dan 15,65% di kuartal II 2025.

Meskipun pertumbuhan ekonomi positif, Lombok Timur masih menghadapi tantangan, terutama terkait impor barang dan jasa. Data menunjukkan adanya defisit perdagangan (Net Ekspor Barang dan Jasa) sebesar -27,11% pada tahun 2024, yang menunjukkan dominannya aktivitas impor dari luar daerah.

Menanggapi kondisi kemiskinan, Sri Endah Wardianti menyatakan bahwa program-program pemerintah daerah sudah berjalan baik dan diharapkan dapat terus menekan angka kemiskinan. Salah satu program yang dianggap efektif adalah pemberian bantuan modal usaha, yang dinilai sebagai solusi jangka panjang agar masyarakat dapat keluar dari garis kemiskinan secara berkelanjutan.

Dalam penyusunan data PDRB triwulanan, BPS mengakui perlunya sumber data dari eksternal, sehingga rinciannya disederhanakan menjadi tiga sektor utama: primer, sekunder, dan tersier.

"Hal ini sesuai dengan arahan BPS RI untuk memastikan ketersediaan data yang akurat dan tepat waktu," tutup Sri. (RS)