LOMBOK TIMUR - Radarselaparang.com || Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor menggelar dialog publik yang sukses menarik perhatian akademisi, sejarawan, hingga aktivis muda. Bertempat di Rupatama I Kantor Bupati Lombok Timur, bertema "Islam, Kyai Hamzanwadi dan Identitas Sasak" ini dengan tegas menempatkan nilai-nilai keislaman dan figur TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Maulana Syaikh) sebagai fondasi utama identitas masyarakat Sasak. Sabtu (15/11).
Dialog publik "Islam, Kyai Hamzanwadi dan Identitas Sasak"
Sesi dialog utama menghadirkan sejumlah pemateri kunci yang sepakat mengenai peran sentral Maulana Syaikh.
Abdul Hadi, Ph.D. Cand., memaparkan pandangan menarik bahwa Maulana Syaikh adalah figur yang paling tepat untuk dijadikan pemimpin masyarakat Sasak. Pandangan ini penting mengingat sejarah masyarakat Sasak yang tidak mengenal satu pemimpin tunggal.
Pandangan ini diperkuat oleh Prof. Dr. H. Khirjan Nahdi, M.Hum., yang menyoroti perjuangan Maulana Syaikh yang bersifat holistik. "Beliau memperjuangkan agama, bangsa, dan negara melalui instrumen organisasi masyarakat," ujar Prof. Khirjan.
Namun, Prof. Khirjan memberikan teguran keras sekaligus motivasi, mendorong peserta agar tidak hanya berhenti pada kebanggaan simbolik. Ia menantang mahasiswa untuk aktif menulis dan mendokumentasikan kiprah Maulana Syaikh agar warisan perjuangannya dikenal lebih luas.
"Kita begitu membanggakan Hamzanwadi, namun pertanyaannya apa yang sudah kita perbuat?" tanyanya.
Pesan Persatuan dan Perjuangan Melawan Kemerosotan Moral
Acara yang dibuka oleh perwakilan Bakesbang Poland Geri, Agus Ilham Haliq, S.H., Kabid Pengkajian Masalah Strategis dan Penanganan Konflik, langsung menyoroti pentingnya menjaga persatuan.
"Jadilah pahlawan di bidang masing-masing. Tetap jaga persatuan, jangan terpecah belah, karena persatuan adalah kekuatan bangsa ini," tegas Agus Ilham.
Senada dengan semangat ini, Ketua BEM IAIH Pancor, Saefullah, memberikan sorotan tajam pada tantangan generasi muda. Ia menyebut pemikiran Kiai Hamzanwadi sangat relevan sebagai pembaharu yang menyatukan Islam dan budaya Sasak. Namun, ia mengingatkan bahwa generasi muda hari ini sedang menghadapi
"perang melawan lunturnya moral, hilangnya karakter, dan melemahnya identitas."terangnya.
Lalu Muhammad Ariadi, MA.HK., menutup sesinya dengan mengajak peserta meneladani pesan utama Maulana Syaikh yakni "berislam dengan baik dan benar". Sementara itu, Wakil Rektor III IAIH Pancor, Dr. H. Abdul Hayyi Akrom, M.Pd., mengajak peserta meneladani perjuangan dua Pahlawan Nasional asal NTB, yaitu Maulana Syaikh dan Sultan Muhammad Salahuddin, sebagai pendorong utama penguatan identitas dan persatuan. (RS)

