Daftar Isi [Tampil]

Pendiri Guru Lauq Indonesia, Hanapi, M.Si dan Direktur Eksekutif Guru Lauq Indonesia, Hasan Basri, MA.
LOMBOK TIMUR - Radarselaparang.com || Sebuah kutipan terkenal dari Paulo Freire, "Education does not change the world. Education changes people. People change the world," tampaknya menjadi roh yang mendorong lahirnya sebuah gerakan komunitas inspiratif di Lombok Timur. Bukan dari rapat formal, melainkan dari obrolan santai sembari nyeruput kopi, lahirlah Guru Lauq Indonesia, sebuah inisiatif yang berkomitmen untuk memantik perubahan sosial melalui pendidikan.

Guru Lauq Indonesia mengusung semangat kearifan lokal "lebur anyong saling sedok" (kolaborasi dan kebersamaan) dan lahir dari perjumpaan anak-anak pelosok Paer Lauq, wilayah selatan Lombok Timur, yang memiliki latar belakang keluarga sederhana. Pendiri Guru Lauq Indonesia, Hanapi, M.Si, mengungkapkan bahwa gagasan cemerlang ini justru muncul dari kebiasaan sederhana: duduk bersama, minum kopi, dan bercakap-cakap tentang kehidupan dan masa depan.

"Sering kali, percakapan-percakapan yang berlangsung tanpa agenda itu justru mengandung banyak inspirasi. Kami saling berbagi pandangan dan merancang langkah-langkah untuk membawa perubahan," ungkap Hanapi, seraya menegaskan tagline mereka yakni Mind of Tomorrow (Berpikir untuk Masa Depan), pada Senin (17/11).

Komunitas ini jauh lebih dari sekadar wadah berkumpul. Ia menjelma menjadi ruang belajar dan kolaborasi yang melibatkan multi pihak, mulai dari guru, mahasiswa, peneliti, hingga masyarakat umum. Hanapi, seorang kandidat doktor Undiksha, Singaraja, berharap sinergi ini dapat menciptakan program yang efektif dan relevan, terutama untuk mengatasi isu sosial-pendidikan di wilayah yang kurang mendapat perhatian.

Direktur Eksekutif Guru Lauq Indonesia, Hasan Basri, MA, menambahkan bahwa mereka telah merancang beragam program yang mencakup sosial, pendidikan non-formal, pelatihan, riset, hingga publikasi ilmiah.

Kontribusi paling signifikan dari gerakan ini adalah pengelolaan jurnal ilmiah dengan sistem akses terbuka (open access) dan tanpa biaya publikasi.

"Program ini sejalan dengan upaya untuk menghilangkan hambatan akses terhadap pengetahuan yang selama ini terbatas di kalangan tertentu," jelas Hasan, yang juga kandidat doktor Griffith University Australia.

Jurnal-jurnal yang dikelola, seperti Jurnal of Sasak, Journal of Qualitative Review, Guru merupakan Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan, dan Asian Journal of Religion, mengangkat berbagai isu dan menjadi langkah nyata untuk memperluas cakrawala pengetahuan bagi peneliti, praktisi, dan masyarakat luas.

Guru Lauq Indonesia berpegang teguh pada integritas ilmiah, kebersamaan, dan keberlanjutan. Mereka memastikan setiap program relevan dengan kebutuhan dan konteks masyarakat, berupaya melahirkan pengetahuan yang berbasis pada nilai-nilai budaya lokal namun tetap terbuka terhadap perkembangan global.

"Kami ingin melahirkan pengetahuan berbasis pada nilai-nilai budaya lokal, tetap terbuka terhadap perkembangan global. Semua ini bertujuan untuk memperkuat masyarakat agar mampu bertahan dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks,” tegas pria yang akrab disapa Guru Dane itu.

Sejalan dengan semangat Nelson Mandela bahwa "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world," Guru Lauq Indonesia berkomitmen membangun kapasitas manusia untuk menciptakan perubahan jangka panjang. Gerakan ini terus berupaya menjadi kekuatan penggerak perubahan sosial melalui pendidikan yang berbasis kolaborasi, pemberdayaan, dan keberlanjutan. (*)