![]() |
| Peluncuran Warnapas Akademi ini menandai tonggak penting dalam reformasi pemasyarakatan di NTB |
Warnapas Akademi adalah gagasan revolusioner yang mengintegrasikan dunia pendidikan tinggi dengan pembinaan di lembaga pemasyarakatan. Dalam peluncuran yang meriah tersebut, Kanwil Ditjenpas NTB langsung meneken Nota Kesepakatan (MoU) dengan delapan perguruan tinggi terkemuka di NTB, termasuk Universitas Mataram (Unram) dan UIN Mataram.
Kerja sama masif ini bertujuan menciptakan ekosistem pembinaan berbasis akademik, di mana warga binaan (WBP) tidak hanya dibina secara moral dan disiplin, tetapi juga ditingkatkan kapasitas intelektual dan keterampilan kerjanya.
Anak Agung Gde Krisna, Kepala Kanwil Ditjenpas NTB, menjelaskan, Warnapas Akademi adalah sistem pembinaan baru yang menghubungkan dunia pendidikan dengan lembaga pemasyarakatan.
"Kami ingin membuktikan bahwa warga binaan bisa dibina untuk menjadi pribadi yang produktif dan berdaya guna."
Aspek humanis dari program ini ditunjukkan melalui pemilihan lokasi peluncuran di area Car Free Day (CFD). Kegiatan ini sekaligus menjadi ruang publik untuk memamerkan secara langsung hasil karya kreatif dan produk bernilai ekonomi yang dihasilkan oleh warga binaan.
Langkah ini merupakan upaya strategis untuk mengubah stigma masyarakat terhadap WBP. Ia berharap masyarakat melihat langsung hasil pembinaan.
"Dengan cara ini, warga binaan bisa lebih diterima setelah kembali ke masyarakat," tambah Agung Krisna.
Fokus pada Kemandirian dan Masa Depan
Melalui kurikulum Warnapas Akademi, WBP akan menerima pembinaan kepribadian, pendidikan formal/nonformal, dan pelatihan keterampilan yang komprehensif. Tujuannya jelas memastikan setiap WBP memiliki kemampuan yang memadai, baik untuk bekerja di perusahaan maupun untuk membuka usaha sendiri setelah bebas.
Dukungan penuh datang dari kalangan akademisi. Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusomo, menyambut baik inisiatif ini, menyebutnya sebagai bentuk nyata dari pendidikan inklusif.
Kanwil Ditjenpas NTB menegaskan bahwa Warnapas Akademi merupakan pilot project untuk sistem pembinaan nasional. Jika terbukti efektif dan berdampak positif, model ini siap direkomendasikan untuk diadopsi di seluruh Indonesia.
"Kita ingin warga binaan tidak hanya bebas secara fisik, tapi juga merdeka dalam pikiran dan memiliki kemampuan untuk menentukan masa depannya," tutup Agung Krisna dengan optimis.
Peluncuran Warnapas Akademi ini menandai tonggak penting dalam reformasi pemasyarakatan di NTB, mengubah lapas dari sekadar tempat hukuman menjadi pusat pembelajaran dan pemberdayaan manusia. (RS)

