Daftar Isi [Tampil]

Kepala Bidang Penyuluhan dan Penggerakan DP3AKB Lotim, Nurhidayati.
LOMBOK TIMUR - Radarselaparang.com|| Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Pemkab Lotim) mengambil langkah revolusioner untuk keluar dari predikat daerah dengan angka stunting tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Strategi penanganan kini tidak lagi hanya fokus pada intervensi kasus, melainkan bergeser ke pendekatan yang lebih mendalam dan preventif: pendampingan keluarga terstruktur.

Kepala Bidang Penyuluhan dan Penggerakan DP3AKB Lotim, Nurhidayati, menyampaikan bahwa Pemkab telah mengerahkan total 3.063 anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh desa dan kelurahan.

Perubahan paling signifikan dalam strategi ini adalah perluasan cakupan pendampingan. Jika sebelumnya hanya fokus pada ibu hamil dan balita, kini pendampingan dimulai sejak fase sebelum pernikahan.

“Satu tim terdiri dari tenaga kesehatan atau bidan, PKK, dan kader. Pendampingan bukan hanya untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, namun juga dimulai sejak calon pengantin dan pasangan usia subur,” jelas Nurhidayati pada Selasa (2/12).

Menurut Nurhidayati, pendampingan sejak dini ini krusial untuk memutus mata rantai risiko stunting, terutama pada keluarga dengan kondisi ekonomi rendah, sanitasi buruk, atau masuk kategori miskin ekstrem. Ia menekankan bahwa intervensi penanganan (pengobatan/pemberian makanan tambahan) tidak akan efektif tanpa edukasi mendalam.

“Intervensi tanpa pendampingan tidak akan efektif. Keluarga harus menjadi lingkungan pertama yang memahami pola hidup sehat dan pemenuhan gizi anak sejak dalam kandungan,” tegasnya.

Selain memberikan edukasi, TPK juga memiliki peran penting dalam mendistribusikan program unggulan daerah, Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menyasar ibu menyusui, balita, dan baduta di tingkat desa.

Sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras TPK dalam memastikan program ini tepat sasaran, insentif bagi para pendamping ditingkatkan menjadi Rp1.000 per porsi yang disalurkan, naik dari sebelumnya Rp500.

Melalui pendampingan 3.063 TPK yang akan mendampingi sekitar 200 kepala keluarga per tim, Pemkab Lombok Timur berharap kesadaran keluarga meningkat dan angka stunting di wilayah tersebut dapat turun secara signifikan dalam waktu dekat.

“Program ini sifatnya simbiosis mutualisme. Di satu sisi mendukung percepatan penurunan stunting, dan di sisi lain membantu proses distribusi ke penerima manfaat,” tutup Nurhidayati. (RS)